Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan sektor industri membutuhkan komitmen semua pihak, baik dari hulu hingga ke hilir, demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

“Pembangunan sektor Industri bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh satu-dua lembaga, tetapi membutuhkan komitmen kuat dari seluruh komponen dan stakeholders baik dari hulu hingga hilir, dari pembuat kebijakan hingga para pelaku industri itu sendiri,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa.

Airlangga menyampaikan hal itu saat memberi sambutan pada Konvensi Nasional Badan Kejuruan Mesin, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Gedung Kemenperin.

Dengan potensi Indonesia yang dianugerahi sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah, Airlangga mengingatkan, menjadi suatu kewajiban bagi semua pihak untuk menggunakan SDA yang ada di dalam negeri agar dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi kemakmuran rakyat Indonesia. 

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian fokus memacu program hilirisasi industri karena membawa efek yang luas bagi perekonomian seperti peningkatan terhadap nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa melalui ekspor.

“Infrastruktur energi juga menjadi mutlak bagi peningkatan daya saing dan produktivitas industri,” ungkap Airlangga.

Misalnya gas alam, yang dibutuhkan cukup banyak industri sebagai bahan baku dalam proses produksi. Dalam hal ini, pemerintah bertekad menjaga ketersediaan dan harga gas industri yang kompetitif. 

“Paradigma terhadap gas pun harus diubah, agar bukan hanya sebagai komoditas tetapi juga menjadi infrastruktur penting dalam industri,” imbuhnya. 

Berdasarkan data yang dirilis United Nations Statistics Division pada 2016, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10 persen. 

Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22 persen setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23 persen).

“Paradigma industri manufaktur global saat ini memandang proses produksi sebagai satu kesatuan antara proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Oleh karena itu, kita sudah tidak bisa lagi melihat produksi hanya di pabrik saja,” katanya.

Menurut Airlangga, kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa lebih dari 20 persen, salah satu faktornya adalah kebijakan yang berlaku di negara tersebut dalam mendorong sektor manufaktur.

Dari 15 negara yang disurvei, rata-rata kontribusinya hanya 17 persen. Inggris menyumbangkan sekitar 10 persen, sedangkan Jepang dan Meksiko di bawah Indonesia dengan capaian kontribusinya 19 persen. 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017