Di luar situasi pancaroba, proses ekpor ikan kami berjalan stabil. Namun perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan membuat ikan yang dibudidaya menjadi sakit dan mati akibat proses adaptasi."
Bekasi (ANTARA News) - Asosiasi Ikan Hias Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat adanya penurunan nilai ekspor ikan hias pada periode September-Oktober 2017 akibat pengaruh musim pancaroba.

"Perubahan iklim sekarang membuat distribusi hasil budidaya ke luar negeri menjadi drop. Kisaran drop-nya sekitar 10-30 persen karena perubahan cuaca," kata Ketua Asosiasi Ikan Hias Kota Bekasi Atep Setiawan.

Hal itu dikatakannya usai membuka Pameran dan Bisnis Ikan Hias Aquabex 2017 di Pusat Promosi Ikan Hias Kota Bekasi Jalan Pariwisata, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Rabu.

Menurut dia, Kota Bekasi saat ini telah menjadi pengekspor ikan hias terbesar di Indonesia dengan jumlah eksportir yang berdomisili di wilayah itu mencapai 18 perusahaan.

Dia mengklaim, 75 persen ekspor ikan hias Indonesia dipenuhi dari wilayah Kota Bekasi.

Ikan tersebut diperoleh dari 400 anggota pebudidaya ikan hias yang kini tergabung dalam Asosiasi Ikan Hias Kota Bekasi.

Meski enggan menyebut besaran kuota ekspor ikan hiasnya, namun Atep mengatakan ikan hasil budidaya dari 400 anggotanya itu menyebar di negara Tiongkok, Arab Saudi, Australia, Singapura dan sejumlah negara lainnya.

"Di luar situasi pancaroba, proses ekpor ikan kami berjalan stabil. Namun perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan membuat ikan yang dibudidaya menjadi sakit dan mati akibat proses adaptasi," katanya.

Atep mengaku masih kewalahan memenuhi jumlah pesanan dari sejumlah eksportir menyusul situasi itu.

"Permintaan pasarnya masih bagus, namun pemenuhannya yang masih kurang," katanya.

Menurut dia, persoalan dalam pemenuhan permintaan pasar ada pada semakin berkurangnya profesi pebudidaya ikan hias di Kota Bekasi setiap tahunnya akibat perubahan tata ruang dari lahan hijau menjadi pembangunan sejumlah bangunan komersial.

"Tahun sebelumnya, jumlah pebudidaya ikan hias di sini bisa sampai 700 orang, tapi sekarang hanya tersisa sekitar 300 sampai 400 orang," katanya.

Pesatnya pembangunan di ruang hijau membuat ekosistem pakan ikan menjadi hilang, seperti kutu air dan jentik nyamuk.

"Sekarang agak susah nyari pakan, karena mulai banyak perumahan cluster, ruko-ruko apartemen dan lainnya," katanya.

Sementara itu, salah seorang pebudidaya ikan hias asal Papua, Yusri, mengatakan ikan yang didatangkan dari Papua ke Kota Bekasi rata-rata berkisar 30 ribu ekor.

"Jumlah ini berkurang dari tahun-tahun sebelumnya yang bisa sampai 100 ribu ekor akibat pembatasan kuota oleh pemerintah daerah di sana demi kelangsungan habitat ikan Papua," katanya.

Sejumlah ikan yang didatangkan dari sungai alam Papua di antaranya jenis arwarna, tiger fish, tandanus, lobster, jardini dan lainnya.

"Memang pada musim pancaroba ini ikan yang saya bawa dari sana berkurang drastis. Saya baru akan kembali lagi ke Papua November 2017 saat ikan sudah mulai beradaptasi dengan cuaca," katanya.

Ikan hias tersebut ditawarkannya kepada eksportir di Kecamatan Jatiasih, Pondokgede dan Bekasi Selatan.

"Sudah ada beberapa eksportir besar yang ikannya dipasok dari hasil budidaya saya," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017