Surabaya (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FKB) DPRD Provinsi Jawa Timur (Jatim), KH M. Luthfi Abdul Hadi, dipukuli massa PKB saat terjadi unjuk rasa menuntut Pergantian Antar-Waktu (PAW) 19 anggota FKB DPRD Jatim di Gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura, Surabaya, Selasa. Luthfi tiba ke gedung dewan bersamaan dengan datangnya ratusan massa PKB, yang sebelumnya melakukan unjuk rasa di Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan, sehingga perjalanannya menjadi terhambat. Begitu berada tepat di dekat massa, Luthfi bilang kepada polisi kalau dirinya anggota dewan dan hendak mengikuti sidang paripurna, setelah polisi mempersilakan, dia kemudian meminta sopirnya pulang. Insiden pemukulan terjadi setelah Luthfi turun dari mobil, namun dia turun di dekat kerumunan massa, sementara sempat berkembang isu kalau massa PKB akan "menyapu" (sweeping) anggota FKB DPRD Jatim pro-Choirul Anam. "Begitu saya turun, ada empat orang yang mau mengawal saya, `kyai monggo kulo kawal` (kyai mari saya kawal), saya fikir santri beneran," katanya. Begitu sudah dekat banyak orang, ujar dia, ada 100 orang lebih yang memaksa dirinya untuk berorasi. "Saya dipaksa, mereka teriak-teriak ini orangnya Choirul Anam. Dipaksa untuk orasi, saya 'nggak' mau, saya lawan, saya dipukuli, mungkin ada 11 sampai 12 kali pukulan di perut," katanya. Aparat kepolisian yang ada di tempat tersebut tidak mampu menahan amarah massa. "Ada lima polisi memagari saya, tapi tetap saja tembus, saya dibawa keluar lari sama polisi, dikejar banyak orang sampai dicarikan taksi, kemudian dibawa ke Polwil," katanya. Dari Polwil, Luthfi kembali ke gedung dewan lewat belakang, namun di tempat tersebut dia kemudian dihadang oleh Satgas PKB, namun seorang anggota dewan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Siroj, berhasil meloloskannya untuk mengikuti sidang. "Sebagai warga negara yang didholimi, saya akan lapor polisi melalui Lakumham DPW PKB Jatim. Ini pelanggaran hukum, kami masih sah sebagai anggota dewan, mereka harus menghormati, mereka sudah menempuh jalur hukum, mereka arogan. Saya tidak su`udhon, saya melihat bukan orang PKB yang mukuli saya, tahu saya orang pesantren kok dipukuli," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007