Jakarta (ANTARA News) - Museum Sumpah Pemuda menampilkan biografi salah satu anggota perempuan Kongres Pemuda, yaitu Emma Poeradiredja, dalam pameran "Emma Poeradiredja Tokoh Pejuang Wanita Tiga Zaman" pada 26 Oktober hingga 26 November di Jakarta.

Kepala Museum Sumpah Pemuda Uryati di Jakarta, Kamis, mengatakan ini adalah kali pertama museum tersebut menampilkan tokoh perempuan yang terlibat dalam Kongres Pemuda.

"Selama ini kami selalu menampilkan tokoh laki-laki, padahal pada kongres tersebut juga ada perempuan. Karena itu, kami tertarik menampilkan tokoh Emma," kata Uryati.

Dia mengatakan dipilihnya tokoh Emma Poeradiredja karena dia sudah aktif berjuang sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang, hingga setelah kemerdekaan.

Emma hadir pada Kongres Pemuda I pada 30 April hingga 2 Mei 1926 sebagai wakil dari anggota Jong Islamiten Bond. Namun, Kongres Pemuda I ternyata belum menghasilkan keputusan yang konkret.

Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda. Emma yang hadir pada kongres tersebut saat rapat hari pertama mengatakan bahwa perempuan perlu ikut berjuang.

Uryati mengatakan timnya telah melakukan riset dan mengumpulkan data mengenai Emma Poeradiredja. Arsip yang ditampilkan adalah sumbangan dari Arsip Nasional dan koleksi keluarga.

Melalui pameran tersebut Museum Sumpah Pemuda ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Emma adalah perempuan yang ulet dan selalu berjuang tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di bidang sosial dan ekonomi.

Saat ini Museum Sumpah Pemuda telah mengumpulkan 85 profil anggota yang ikut dalam Kongres Pemuda, dan saat ini mereka sudah mendapatkan data dua perempuan yang terlibat Kongres Pemuda.

"Anggota Kongres Pemuda banyak, tetapi sangat sulit mencari informasi dan keluarga para anggota. Namun, kami terus berupaya agar dapat melengkapi profil semua anggota," kata dia.

Museum Sumpah Pemuda juga sudah menampilkan profil tujuh tokoh Kongres Pemuda, antara lain M Yamin dan dr Moewardi.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017