Denpasar (ANTARA News) - Masyarakat dan wisatawan, terutama di kawasan selatan Bali, kembali diminta waspada menghadapi ancaman air pasang dan gelombang tinggi sampai lima meter yang diperkirakan terjadi dalam beberapa hari dalam pertengahan Juni ini. "Sekarang sudah mulai terjadi gelombang tinggi, puncaknya kemungkinan 15 Juni. Tetapi fenomena ini tidak akan sebesar yang terjadi pertengahan Mei lalu," kata Kepala Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BBMG) Wilayah III Denpasar, Drs Widada Sulistya, DEA, kepada ANTARA News, Rabu. Dihubungi di kantornya, Jalan Raya Tuban, Kuta, Kabupaten Badung, ia mengingatlan bahwa gelombang tinggi yang melanda perairan Samudera Indonesia itu akan sangat berbahaya jika berlangsung bertepatan datangnya tiupan angin kencang yang potensial mencapai 20 knot. Oleh karena itu para wisatawan untuk sementara sebaiknya menghindari aktivitas di perairan laut, seperti kegiatan surfing, snorkling, penyelaman dan perjalanan menggunakan kapal kecil, baik di Kuta, Sanur maupun perairan pantai selatan lainnya. Selain itu, para nelayan juga harus lebih berhati-hati, dengan selalu memperhatikan kondisi perairan, atau lebih baik menghentikan sementara aktivitas melaut jika terlihat indikasi cuaca memburuk. "Kita harus lebih waspada tetapi tidak perlu panik, terutama antara 14-16 Juni, sedangkan tanggal 17 Juni kemungkinan sudah mulai mereda," katanya. Fenomena tersebut terjadi akibat dampak musim angin timur dari Australia, yang biasa memuncak antara Mei-Juli. Sedangkan perairan pasang terkait grativasi bumi-bulan bertepatan awal bulan "tilem" atau bulan "mati", yang untuk saat ini akan jatuh bertepatan tanggal 15 Juni. Gelombang tinggi tersebut akan berimbas ke Selat Bali, sehingga saat-saat tertentu, terutama siang hingga malam hari, bisa mempengaruhi operasional kapal di lintas penyeberangan Ketapang (Banyuwangi)-Gilimanuk (Jembrana). Demikian pula kapal yang melayani penyeberangan Padangbai (Klungkung)-Lembar (Lombok), juga harus lebih waspada. "Di Selat Bali maupun Selat Lombok kami perkirakan potensial terjadi gelombang setinggi sampai tiga meter," kata Widada Sulistya. Sedangkan di perairan utara Bali, yang masuk kawasan laut Jawa, tinggi gelombang diperkirakan mencapai sekitar dua meter dan masih cukup aman bagi nelayan maupun aktivitas lain.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007