Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan Bank Syariah saat ini telah menjadi alternatif sistem bukan hanya menjadi alternatif agama seperti sebelumnya. "Bank syariah saat ini sudah menjadi alternatif sistem, kalau dulu bank syariah baru menjadi alternatif agama saja," kata Wapres M Jusuf Kalla pada pembukaan Munas IV Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Jakarta, Rabu. Menurut Wapres, pada prinsipnya sistim Bank Syariah hampir sama dengan "joint venture" atau kongsi dagang. Prinsip pokok Bank syariah adalah sama-sama untung tapi juga sama-sama kalau rugi. "Namun untuk itu, keduanya yakni antara nasabah dan bank syariah harus sama-sama jujur. Nah padahal sama-sama jujur ini yang kadang-kadang yang sulit," kata Wapres. Sebenarnya, tambah Wapres, semua yang halal merupakan syariah. Namun yang menjadi pertanyaan, meskipun prosesnya hahal tapi kalau tak efisien orang tentu tidak akan tertarik. Karena itulah, katanya, yang menjadi pertanyaan sekarang kenapa perkembangan bank syariah perkembangannya tidak sepesat bank kovensional. Selama ini pangsa pasar bank syariah baru mencapai sekitar dua persen. Menurut Wapres selain masalah efisiensi yang belum tercapai, juga karena pemahaman masyarakat serta otoritas moneter yang begitu lama baru membolehkan adanya bank syariah. "Tantangan kita bukan hanya soal cap-cap tapi soal efisiensi," kata Wapres. Wapres menanyakan manakah yang disebut riba jika misalnya sebuah bank konvensional menetapkan bunga dua atau sembilan persen sementara bank syariah menetapkan dua puluh persen. "Jadi syariah prosesnya, adil hasilnya. Bukan syariah prosesnya tetapi mahal harganya," kata Wapres. Sebelumnya Ketua Umum Asbisindo, Wahyu Dwiagung mengatakan asosiasi ini dibentuk pada tahun 1992. Dalam Munas IV kali ini dihadiri 12 Dewan Pimpinan Wilayah, antara lain : DIY, Jateng, Jabar, Jatim, DKI, Lampung, Medan, Sumbar, Nanggroe Aceh Darusalam, NTB dan Sulawesi Selatan. "Tema kita saat ini adalah bagaimana ingin mencapai pangsa pasar lima persen," kata Wahyu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007