Jakarta (ANTARA News) - Setelah sukses menerapkan Jajar Legowo Super (Jarwo Super) untuk lahan sawah irigasi, kali ini Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian melakukan terobosan inovasi baru budidaya untuk peningkatan produksi padi di lahan kering.

Terobosan inovasi yang dimaksud adalah membuat demarea model pengembangan teknologi budidaya padi gogo dengan sistem LARGO SUPER, tujuannya untuk mendapatkan hasil maksimal dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi nasional.

Demarea dilakukan di lokasi dataran rendah seluas seratus hektare, tepatnya di Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Beberapa desa di Puring merupakan wilayah potensial karena memiliki lahan kering terbuka dan lahan tegakan kelapa dengan intensitas naungan kurang dari 50 persen. Selain itu, petani di wilayah tersebut pada umumnya menanam padi gogo.

Tiga desa yaitu Desa Sidoharjo, Banjareja, dan Cakaleng yang berada disekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dijadikan tempat pengembangan teknologi ini. Mata pencaharian masyarakatnya mayoritas sebagai petani dan peternak. Berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura tumbuh baik dan subur dilahan yang jaraknya kurang lebih 2 km dari bibir pantai selatan Kebumen.

Suasana yang masih kental dengan nuansa pedesaan nampak jelas dari kehidupan sehari-hari masyarakat daerah ini. Kesibukan masyarakat desa pergi ke ladang, mencari pakan ternak, menderes kelapa untuk produksi gula merah, hingga menjual hasil taninya seperti jual buah-buahan dan pakan ternak menjadi pemandangan yang tidak asing lagi.

Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam dan ternak sapi sehingga tidak aneh jika di depan atau di samping rumah selalu ada kandang ternak. Emas putih adalah sebutan lain untuk sapi ternak yang merupakan tabungan berharga yang hampir dimiliki setiap warga.

Gotong-royong masih menjadi budaya yang tidak bisa terlepaskan, kebersamaan petani yang bergabung di kelompok taninya masing-masing terlihat sangat bagus dan kompak. Selama ini sebagian besar petani setempat bercocok tanam tanpa inovasi teknologi, dan kebiasaan ini berlangsung puluhan tahun.

Sebagian besar petani menggunakan perhitungan pranatamangsa untuk menentukan waktu dan jenis tanaman yang akan ditanam.

"Petani sini masih sulit berubah dari kebiasaan lama, apalagi beralih menggunakan anjuran teknologi, dan itu kelemahan petani disini," kata Kasiman, Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Banjareja.

Pranatamanga adalah cara yang dianggap benar dan isyarat alam manjadi pedoman dalam bercocok tanam.
"Munculnya lintang luku dan pergeseran matahari contohnya, itu salah satu tanda alam yang menandakan saatnya waktu tanam tiba," lanjut Kasiman

Hadirnya teknologi larikan gogo yang diperkenalkan di Puring memang tidak mudah diterima begitu saja. Namun berkat pendekatan dan dukungan dari berbagai pihak, petani mulai bisa menerima.

Respons dan keseriusan setiap kelompok tani untuk belajar agar lebih maju dalam bercocok tanam sangat tinggi sehingga inovasi teknologi budidaya padi dengan LARGO SUPER yang ditawarkan Balitbangtan  diterima dengan baik.

Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuadsaat menghadiri acara gerakan tanam serempak untuk masa I 2017-2018 di Desa Sidoharjo, Kec. Puring, menyambut baik hadirnya inovasi teknologi pengembangan budidaya pagi gogo sistem Largo Super.

Dalam kesempatan itu, Bupati Fuad memperagakan Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) sistem tanam legowo 2:1 dengan mesin untuk lahan kering. Alat dengan bobot 52 kg itu didesain untuk dapat digunakan pada lahan kering dengan kondisi permukaan tanah relatif datar.

Menanam dengan menggunakan alat tersebut sangat efektif dan efisien karena dari segi waktu relatif lebih cepat dan dari segi biaya tanam bisa lebih hemat.

Bupati mengajak kepada seluruh petani agar serius dalam menerapkan teknologi sederhana dan tepat guna dan berharap hasil produksi tinggi.

Ia juga menegaskan bahwa semangat yang tinggi dari peneliti Badan Litbang Pertanian untuk mengawal teknologi harus diimbangi dengan semangat yang tinggi juga dari petani agar membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Selain itu, harapan besar menjadikan Kabupaten Kebumen sebagai tempat lahirnya teknologi budidaya padi sistem Largo Super akan menjadi tonggak sejarah baru di Indonesia.

Pada tahap awal, kegiatan sosialiasasi dan pengawalan dilaksanakan Balitbangtan dengan pengawalan teknologi oleh peneliti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Kepala BB PAdi Ismail Wahab menyampaikan bahwa setiap kelompok tani diperkenalkan dengan varietas unggul baru padi gogo Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11 serta penerapan alat mekanisasi pertanian.

Memasuki musim hujan tahun ini, lahan kering seluas kurang lebih 35 hektare telah ditanami beberapa varietas unggul baru padi gogo dengan sistem tanam larikan gogo legowo 2:1. Demarea seluas seratus hektare  dibagi menjadi dua wilayah pengembangan yaitu 60 hektare larikan gogo di lahan kering terbuka dan 40 hektare larikan gogo secara monokultur atau tumpang sari dengan tanaman kelapa yang intensitas naungan maksimum 50 persen.  

Serupa dengan Jarwo Super, teknologi budi daya padi gogo Largo Super juga sarat dengan penggunaan benih unggul, Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), pupuk hayati Agrice Plus, pestisida nabati Bio Protector, dan biodekomposer Agrodeko 1, penggunaan lampu perangkap hama, dan pemasangan feromon hingga mekanisasi pertanian.     

Bantuan berupa benih varietas unggul baru padi gogo sebanyak empat ton telah diserahkan dari Badan Litbang Pertanian, Kementan kepada petani di Kecamatan Puring. Benih padi yang diserahkan meliputi varietas Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10 dan Inpago 11 dan paket pupuk hayati Agrice Plus, pestisida nabati Bio Protector, dan biodekomposer Agrodeko 1.

Diharapkan model pengembangan teknologi budidaya padi gogo dengan sistem Largo Super dan penerapan mekanisasi pertanian dapat meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produksi dan produktivitas padi lahan sub-optimal khususnya padi gogo pesisir pantai selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dan lahan padi gogo di kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.  (Shr)

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017