Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia melalui surveinya mencatat bahwa harga properti residendial (tempat tinggal) naik 3,32 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada  triwulan III 2017 karena kenaikan upah pekerja dan juga meningkatnya harga bahan bangunan.

Kenaikan harga properti hingga kuartal III 2017 ini lebih pesat dibandingkan periode sama tahun lalu yang pertumbuhannya hanya sebesar 3,17 persen (yoy), menurut Survei Harga Properti Residensial kuartal III diumumkan di Jakarta, Senin.

Dengan begitu, indeks harga porperti residensial di paruh ketiga ini sebesar 200,26 poin atau jika dibandingkan kuartal II 2017 naik 0,50 persen.

Survei properti ini dilakukan terhadap para pengembang proyek perumahan di 14 kota di Indonesia , yakni Jabodebek dan Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado , Makasar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang dan Medan.

Bank Sentral mencatat kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil yang jika dilihat secara tahunan , naik 5,73 persen (yoy). Sementara harga rumah tipe menengah naik 2,97 persen (yoy) dan tipe besar naik 1,51 persen (yoy).

Secara spasial, kenaikan harga rumah paling tinggi terjadi di Surabaya sebesar 6,86 persen (qtq).

"Karena adanya pembangunan Jalan Lingkar Luar Barat dari utara ke selatan Surayabaya dan menghubungkan banyak fasilitas startegis di Surabaya," ungkap BI dalam publikasi survei tersebut.

Sementara , volume penjualan properti residensial juga naik 2,58 persen (qtq) walaupun masih melambat jika dibandingkan kuartal II 2017 yang sebesar 3,61 persen (qtq). Hal itu karena terbatasnya permintaan terhadap rumah hunian dan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah yang masih tinggi.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017