Santiago, Chile (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mempromosikan produk-produk dalam negeri ke Republik Chile dalam upaya memperluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional, khususnya wilayah Amerika Latin, lewat program One on One Business Matching Misi Dagang.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan Misi Dagang merupakan salah program unggulan untuk mempromosikan produk dalam negeri ke pasar global.

"Kami optimis bahwa hasil pelaksanaan Business Matching dapat meningkatkan hubungan dagang antara kedua negara untuk lebih terbuka dan saling menguntungkan," kata Arlinda saat memberikan sambutan dalam acara promosi di Santiago, Rabu waktu setempat.

Kementerian Perdagangan memfasilitasi para pelaku usaha maupun asosiasi dari dalam negeri untuk bertemu dengan pengusaha Chile. Sebanyak 37 pengusaha Chile dipertemukan dengan tujuh pelaku usaha Indonesia dari berbagai sektor unggulan dalam ajang itu. Produk yang ditawarkan antara lain minyak kelapa sawit, biodiesel, kendaraan, peralatan militer, furnitur dan dekorasi rumah.

"Delegasi bisnis Indonesia menawarkan produk-produk ekspor unggulan terbaik dan terpercaya, kegiatan ini menjadi upaya untuk mempromosikan Indonesia ke pasar global," ujar Arlinda.

Pelaku usaha asal Indonesia Erry Mahardika dari Home Fashions mengatakan dalam One on One Business Matching tersebut setidaknya ada enam pengusaha lokal Chile yang berminat pada produk furnitur dan dekorasi rumah buatan perusahaan Cirebon tersebut.

"Ada potensi transaksi kurang lebih mencapai 120 ribu dolar AS, ini untuk segmentasi menengah ke atas. Potensi Chile memang besar," kata Erry.

Menurut data Kementerian Perdagangan, sepanjang periode 2012-2016 perdagangan antara Indonesia dan Chile menurun. Nilai total perdagangan kedua negara yang pada 2012 tercatat 381,99 juta dolar AS turun menjadi 227,15 juta dolar AS pada 2016.

Pada 2016, sepuluh produk utama dan prospektif Indonesia yang diekspor ke Chile meliputi alas kaki, tekstil dan produk tekstil, elektronik, mesin, makanan olahan, produk kimia, karet dan produk karet, produk kayu, bubur kertas dan furnitur, otomotif dan produk plastik.

Meski nilai total perdagangan kedua negara menurun, Indonesia masih mengantongi surplus 60,47 juta dolar AS pada 2016 setelah mengalami defisit sebesar 26,6 juta dolar AS.



Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017