Jakarta (ANTARA News) - Semburan lumpur Sidoarjo tidak akan meluas ke radius lebih lebar dari tiga kilometer dari sumber semburan, dengan syarat yang berwenang mampu mengelola pembuangannya secara baik. "Sekarang ini radius genangan lumpur mencapai 1-1,5 km dengan amblesan tanah sekitar 40 cm, tentu saja ini bisa meluas, tetapi luncuran Gunung Merapi pun tidak lebih dari enam km," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen ESDM, Dr Surono, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, rentang waktu lumpur terus menyembur tak terbatas hanya pada 31 tahun. Ia memberi contoh semburan di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang sudah berusia sekitar 1.000 tahun. "Pada awal kali menyembur berabad-abad lalu, Bledug Kuwu juga menyembur seperti Lumpur Porong, di sana juga terdapat mud volcano (gunung api lumpur) seperti di Porong itu," katanya. Menurut dia, tidak ada pilihan lain untuk mengatasi semburan terus-menerus itu kecuali membuat kanalisasi yang optimal untuk membuang lumpur ke laut segera, khususnya karena lumpur Porong itu sendiri berasal dari laut. Ia juga meminta ilmuwan jujur dengan menegaskan bahwa semburan lumpur Porong tak ada hubungannya dengan peristiwa gempa Yogyakarta yang terjadi beberapa hari sebelum lumpur mulai menyembur di Porong. "Itu sih terlalu jauh, mana mungkin gempa Yogya memicu lumpur menyembur di Porong yang jaraknya ratusan km," katanya. Kalau gempa dijadikan alasan, mengapa gunung-gunung lumpur di banyak tempat seperti di bawah bumi Karang Anyar atau di Surabaya tidak ada yang menyembur, mengapa hanya di Porong, tentu itu karena diganggu," katanya. Saat itu, ujarnya, Gunung Merapi juga sedang aktif dengan magma berada di kedalaman kurang dari dua km. "Kenyataannya, gempa Yogya juga tak memicu semburan apapun di kawasan Gunung Merapi di Jawa Tengah atau Yogya. Hanya terjadi likuifaksi atau semburan pasir setinggi belasan meter saja pada saat gempa," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007