Tanjungpinang (ANTARA News) - Tim penyelam dari Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambai) TNI AL bersama nelayan, Kamis kecuali menemukan badan pesawat Nomad N22S P-817 dan teropong di kabin tempat kopilot, belum menemukan kerangka jenazah pilot, Mayor Laut (Pelaut) Suwelo Wibisono. Para penyelam gabungan sejak pukul 12.00 hingga 14.30 WIB telah tiga kali ke dasar laut di kedalaman sekitar 27 meter dengan arus 4-5 knot mil per jam. Mereka untuk sementara kembali ke Posko Evakuasi Nomad N22S di Pantai Trikora, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, dengan membawa hasil rekaman bawah air. Gambar dalam rekaman itu akan dipelajari tim untuk kemungkinan mengevakuasi badan pesawat yang nampak masih utuh pada bagian sayap dan baling-balingnya. Bagian atas kokpit terdapat lubang dalam posisi menghadap ke barat di koordinat 01.07.157 U dan 104.64.318 LU, perairan Teluk Bakau, Pulau Mapur, Bintan Utara. ANTARA News yang duakali meliput ke lokasi di tengah laut itu melaporkan, istri Suwelo (almarhum) sementara ini masih berharap TNI AL dapat menemukan kerangka suaminya setelah musibah 4 Mei 1987. Sri Indah Budayati, berusia 52 tahun, didampingi tiga anaknya, M Hamzah Prihadi (29), Ichya Rahadi (28) dan Kukudyah Kafarilah (26) menyatakan telah menanti selama 20 tahun dan masih berharap kerangka suaminya dapat diketemukan. Meski demikian, ia menyatakan bersyukur kepada Allah SWT, karena setidaknya reruntuhan pesawat yang dipiloti suaminya sudah dapat ditemukan. Untuk sementara ini, ia dan ketiga anaknya baru bisa mengadakan upacara tabur bunga bersama Ketua Tim Evakuasi Nomad N22S P-817 Kolonel Laut Subaryoto di perairan tempat jatuhnya pesawat dan suaminya. "Keluarga kami di Surabaya telah menyiapkan penyambutan kerangka jenazah," kata Sri yang datang ke lokasi evakuasi melalui Jakarta, Palembang, Tanjungpinang. Menurut Danlantamal IV/Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Among Margono, missi masih akan dilanjutkan Jumat dan pada Kamis malam akan diputuskan apakah pesawat akan dievakuasi atau tidak. Di posko, telah disiapkan bendera Merah-Putih, satu peti jenazah dan satu kereta merta untuk membawa kerangka jenazah Suwelo. Suwelo gugur 4 Mei 1987 dalam perjalanan pulang dari Natuna ke Tanjungpinang ketika menjalankan misi patroli maritim. Ia bersama pesawat yang dipilotinya jatuh dan tenggelam karena kerusakan pada mesin manakala terbang rendah mendekati kapal perang Singapura. Sedang Kopilot Mayor Laut Markoni selamat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007