Havana (ANTARA News) - Presiden Kuba Raul Castro akan melepas jabatan sebagai presiden Kuba pada April 2018 setelah penerusnya dipilih oleh dewan pemerintah tertinggi menurut hasil pemungutan suara pada Kamis waktu setempat di Majelis Nasional Kuba.

Dengan hasil pemungutan suara itu, berarti Castro (86) akan menjabat dua bulan lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya.

Dia sebelumnya dijadwalkan turun dari jabatan pada Februari di bawah sistem yang terikat dengan kalender pemilu Kuba. Namun jajak pendapat diundur karena kerusakan akibat badai besar yang menerjang Kuba pada September.

Presiden Kuba ditunjuk sebuah badan yang disebut Dewan Negara yang terdiri atas 31 anggota. Kepala dewan secara otomatis juga menjadi presiden Kuba.

Namun Dewan Negara terlebih dahulu harus dipilih oleh Majelis Nasional yang memiliki sekitar 600 kursi, sebuah proses yang sekarang akan digelar 19 April, di mana parlemen memilih dalam sesi tertutup bagi media internasional. Majelis Nasional yang baru akan dipilih pada tanggal yang belum ditetapkan.

Castro, yang resmi menjadi presiden pada 2008 setelah menjadi pemimpin interim selama dua tahun, sudah mengumumkan dia tidak akan berupaya mendapatkan mandat baru.

Pelengserannya akan menandai akhir enam dekade pemerintahan Castro. Mendiang kakaknya Fidel Castro, yang mangkat tahun lalu, memerintah negara itu setelah merebut kekuasaan tahun 1959 pada puncak revolusi sayap kiri.

Raul Castro, kendati demikian diperkirakan tetap menjadi pemimpin Partai Komunis Kuba sampai kongres berikut yang dijadwalkan tahun 2021, ketika dia berusia 90 tahun.

Wakil presidennya, Miguel Diaz-Canel (57), kemungkinan akan menjadi penerusnya.

Siapa pun yang ditunjuk menjadi presiden akan menghadapi tugas berat mengonsolidasikan prinsip-prinsip Komunis yang dibangun Castro sambil mengejar transisi ekonomi rancangan Raul Castro, demikian siaran kantor berita AFP. (mu)


Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017