Jakarta (ANTARA News) - Siapa sangka bahwa pemain putra terbaik Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Hoki Lapangan Antar-Provinsi Piala Presiden 2017, Lexy Kristianto, pada awalnya merintis karir di cabang olahraga tersebut berbekal sebuah tongkat pinjaman.

"Awalnya saya pinjam punya teman," ujar Lexy sembari tertawa ketika ditemui di Jakarta, Rabu (20/12).

Namun, tongkat pinjaman tersebut menjadi medium semangat Lexy yang tak pernah luntur untuk berlatih hingga mengantarkannya memenangi kejuaraan hoki tingkat provinsi di daerah asalnya, Kalimantan Timur.

Lantas dari keberhasilannya memenangi kejuaraan hoki tingkat provinsi tersebut, berpisahlah Lexy dengan tongkat pinjaman dan membeli tongkat pribadi pertamanya seharga Rp1 juta.

"Tongkat itu saya pakai bertanding di pra-PON tahun 2015. Saya beli sendiri setelah menang kejuaraan hoki indoor provinsi. Harganya Rp1 juta," tutur anak dari pasangan Petrus Paserang dan Yohana ini.
Saat ini, dia mengaku sudah tidak lagi menggunakan tongkat pertamanya itu.
"Saya jadikan pajangan untuk kenang-kenangan," tutur Lexy, memulai kiprahnya di hoki lapangan sejak menempuh pendidikan di SMKN 19 Samarinda, Kaltim.

Tongkat bukan satu-satunya tantangan utama atlet kelahiran 13 Desember 1992 tersebut mengembangkan bakatnya di hoki. Sebab ia dan para peminat olahraga hoki lapangan di Kaltim justru menghadapi kendala lebih besar yakni minimnya fasilitas arena berlatih yang sesuai standar.

Hingga saat ini, di Kaltim hanya terdapat satu arena hoki lapangan yakni di Stadion Madya Sempaja, warisan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII pada 2008 silam. Itupun, permukaan lapangan masih menggunakan rumput dan bukannya karpet berstandar internasional.

"Kalau latihan permainan biasanya di stadion itu. Namun latihan teknik biasanya di lintasan atletik yang permukannya mirip arena hoki lapangan standar internasional," tutur Lexy.

Perjuangan pemain yang berposisi sebagai bek tengah ini tak sia-sia. Berkat latihan keras, dia dipanggil bertanding baik di tingkat provinsi maupun nasional, baik untuk hoki lapangan atau dalam ruangan (indoor).

Lexy juga membela Kaltim di PON XIX Jawa Barat pada 2016 yang berbuah medali emas. Setelah itu dia sempat dipanggil ke tim nasional Indonesia untuk Kejuaraan Hoki Piala Tun Abdul Razak di Malaysia yang digelar akhir November 2017.

Terakhir, dia membantu tim putra Kaltim menjuarai Kejurnas Hoki Lapangan Antar-Provinsi Piala Presiden 2017, sembari menyabet gelar pemain putra terbaik di kompetisi yang digelar pada 9-19 Desember 2017 tersebut.


Mimpi tim nasional

Ketua pelaksana kejurnas hoki itu, Ardi Poeloengan menyebut ada beberapa aspek yang dinilai dari seorang pemain agar dapat dinobatkan sebagai yang terbaik.

Selain gol, atlet terunggul itu harus memiliki kemampuan teknik individu yang baik dan kehadirannya berpengaruh positif terhadap performa tim.

"Dia bisa membawa tim menjadi lebih baik," ujar Ardi, yang juga anggota bidang organisasi PP FHI.

Kini, Lexy memiliki target untuk bisa masuk ke tim nasional hoki lapangan Indonesia untuk Asian Games 2018 yang digelar di Tanah Air, setelah tidak dipanggil bahkan untuk seleksi timnas SEA Games 2017.

Ini pekerjaan tak mudah karena sebelum menjadi satu dari 18 pemain timnas putra yang dibawa ke Asian Games 2018, dia harus bersaing dengan 30 nama yang akan dipanggil Pengurus Pusat Federasi Hockey Indonesia (FHI) untuk mengikuti seleksi.

"Mimpi saya adalah bisa membela timnas, membawa nama harum Indonesia di dunia. Untuk jangka panjang, saya mau membawa Kalimantan Timur juara PON 2020," tutur dia.

Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017