Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei yang dilakukan Indo Barometer dengan waktu pengumpulan data 11-27 Mei 2007 di 33 provinsi seluruh Indonesia menyebutkan bahwa pesantren bukan merupakan sarang terorisme. Dalam publikasi hasil survei di kantor Wahid Institute Jakarta, Kamis terungkap bahwa mayoritas responden sebanyak 1.200 (seluruh agama) tidak melihat pesantren sebagai sarang teroris. Direktur Indo Barometer M.Qodari mengatakan, dengan ditangkapnya sejumlah pelaku terorisme yang berlatar belakang pesantren menimbulkan asosiasi adanya keterkaitan antara pesantren, kurikulum pesantren, dan terorisme. "Namun mayoritas publik tidak melihat demikian. Survei menyebutkan, sebanyak 97,6 persen responden tidak setuju jika pesantren dikaitkan sebagai sarang teroris," katanya. Selain itu, lanjut Qodari, sebanyak 97,9 persen menyatakan tidak setuju jika kurikulum pesantren dinilai mengarah terbentuknya terorisme, sementara yang setuju hanya 0,4 persen. Qodari mengatakan, dalam penanganan masalah pesantren dalam kaitannya dengan pemberantasan terorisme harus sangat hati-hati karena sentimen komunitas Islam menolak sinyalemen pesanteren sebagai sumber terorisme. Ia menjelaskan, metode penarikan sampel yang digunakan dalam survei ini adalah multistage random sampling dengan margin of error analisa sebesar 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel ditarik dari seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner. Berdasarkan survei tersebut, juga terungkap bahwa mayoritas responden setuju bahwa terorisme berupa bom masih merupakan ancaman di Indonesia. 53,8 persen menyatakan setuju, 32,5 persen tidak setuju, dan 13,8 tidak tahu/tidak menjawab. "Mayoritas (71,8 persen) menyatakan tidak setuju terorisme ada hubungannya dengan agama tertentu. Sementara yang melihat ada hubungan 13,7 persen," katanya. Dalam survei tersebut, mayoritas responden 93,7 persen tidak setuju bahwa terorisme diperbolehkan dalam ajaran Islam, sementara yang setuju 2,7 persen. Acara publikasi hasil survei itu, dihadiri juga Direktur Wahid Institute, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid dan cendikiawan Muhammadiyah Moeslim Abdurrahman.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007