Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat 12 poin menjadi Rp13.553 dibandingkan posisi penutupan pada hari sebelumnya pada  Rp13.565 per dolar AS.

"Mata uang dolar AS terbebani oleh penurunan yield obligasi dan penurunan konsumen di Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat periode Desember menunjukkan penurunan ke 122.1, dibandingkan bulan sebelumnya 128.6, sementara perkiraan pasar sebesar 128.2. Kondisi itu membuka momentum bearish di kawsan Asia.

Ia menambahkan bahwa imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun terkoreksi, pelaku pasar meragukan The Fed akan memberikan ekspektasi kenaikan suku bunga tahun depan yang diprediksi tiga kali.

"Inflasi AS yang rendah membuat pasar berekspektasi pengetatan kebijakan moneter The Fed sehingga kurang mendukung dolar AS," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, lolosnya RUU reformasi perpajakan Amerika Serikat yang telah lama ditunggu pasar juga minim respon, hal itu dikarenakan pelaku pasar sudah melakukan "price in" terhadap sentimen itu.

Ia juga mengatakan bahwa penyeimbangan portofolio menjelang akhir tahun turut berkontribusi terhadap akselerasi pergerakan dolar AS di tengah kondisi likuiditas perdagangan yang tipis menjelang libur akhir tahun.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (28/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.560 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.562 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017