Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto mengharapkan agar polemik seputar penangkapan tersangka terorisme, Abu Dujana dapat segera berakhir agar tidak mengganggu kinerja Polri. "Dengan demikian, maka Polri akan dapat memburu teroris lain yang masih sangat potensial mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat," katanya di Jakarta, Jumat. Polri mengharapkan agar Komisi III DPR yang membidangi hukum dapat meluruskan informasi yang sengaja dilansir oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki agenda tertentu. Sisno menjelaskan, polisi menembak kaki Abu Dujana setelah terjadi pergumulan satu lawan satu yang sangat membahayakan anggota polisi yang sedang menangkap. "Bahkan, dalam pergumulan itu, Abu Dujana berhasil mendesak polisi hingga memiliki posisi yang menguntungkan dan dapat merampas senjata api yang dipegang polisi," katanya. Menurut dia, polisi yang sedang berhadapan dengan Abu Dujana itu lalu melepaskan tembakan ke bagian bawah tubuh Abu Dujana yang mengenai paha kiri. "Setelah dilumpuhkan dengan tembakan, Abu Dujana dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama dan pengobatan," katanya. Ia mengatakan, tindakan petugas di lapangan itu sudah sesuai dengan arahan dari pimpinan Polri yang mengutamakan keselamatan diri dan masyarakat setiap menangkap tersangka terorisme. Polisi sebelumnya juga mendapatkan keterangan dari para saksi bahwa Abu Dujana selalu membekali dirinya dengan senjata api gengam jenis Norincho. Senpi jenis ini pernah dipakai Azahari yang kemudian tewas tertembak di Batu, Jawa Timur, 2005 lalu. Dikatakannya, polisi memutuskan menangkap Abu Dujana saat itu karena melihat tersangka mengunci pintu rumah dan bersiap naik sepeda motor dengan anak-anaknya. Di sisi lain, Polri juga mendapatkan keterangan bahwa Abu Dujana tengah mempersiapkan rumah kontrakan yang baru. "Apabila, Abu Dujana saat itu lolos dari pengamatan, maka akan sangat sulit menemukan kembali sehingga saat itu, polisi yang tengah berpapasan dengan dengannya segera menangkapnya," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007