Kota Gaza (ANTARA News) - Pemimpin Hamas Ismail Haniya, perdana menteri pemerintah Palestina yang dipecat oleh Presideh Mahmoud Abbas dari Fatah, menyerukan pembicaraan baru, Sabtu, antara kedua faksi, demikian keterangan kantor Haniya yang dikutip sejumlah kantor berita. Abbas telah mengesampingkan setiap dialog dengan tokoh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), yang dituduhnya "berusaha membunuh dia" dan melancarkan kudeta di Jalur Gaza. HAMAS telah membantah tuduhan Abbas dan balik menuduh dia ikut dalam komplotan pimpinan AS guna menentang pemerintahnya, yang terpilih secara demokratis. "Jalan ke luar dari situasi saat ini ialah dilancarkannya dialog Palestina tanpa pra-syarat," kata Haniya kepada presiden Yaman melalui telefon. Haniya mengatakan pembicaraan itu mesti diselenggarakan "dengan dasar tak ada pemenang dan tak ada orang yang kalah, dan dengan dasar tak membahayakan siapa pun, dan dengan dasar pemerintah persatuan nasional," kata kantor Haniya. Amerika Serikat dan Israel ingin mengucilkan Hamas secara ekonomi, diplomatik dan militer di Jalur Gaza, tempat yang baru satu pekan sebelumnya dikuasai kelompok pejuang Palestina tersebut. Pada saat yang sama, mereka ingin mendorong pemerintah darurat yang didirikan oleh Abbas di wilayah pendudukan Israel, Tepi Barat Sungai Jordan, setelah Abbas membubcarkan kabinet persatuan --yang dipimpin oleh Hamas. Hamas menang dalam pemilihan anggota parlemen 18 bulan lalu, tapi pemerintahnya diboikot oleh Israel dan pemerintah Barat karena menolak untuk mencela kekerasan serta mengakui negara Yahudi. Pecat Kepala Keamanan Sementara itu, kantor berita Palestina (Ma`an) melaporkan Abbas telah memecat Kepala Keamanan Mayor Jenderal Rashid abu Shebak. Menurut kantor berita berbahasa Arab tersebut, para pemimpin Fatah sebelumnya telah meminta agar semua kepala staf keamanan dibebas-tugaskan dan penyelidikan dilakukan terhadap semua dinas keamanan pro-Presiden Abbas untuk melihat mengapa dan bagaimana semua badan keamanan itu jatuh secara pradini di tangan Hamas dan menetapkan siapa yang harus bertanggung jawab atas semua kegagalan tersebut.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007