Kita juga minta calon penumpang ikut bersama-sama mengecek kendaraan yang akan digunakan."
Jakarta (ANTARA News) - Hujan deras menyelimuti Jalan Raya Yogyakarta-Magelang kilometer 21, Sabtu (30/12/2017), ketika satu bus pariwisata diminta oleh petugas Dinas Perhubungan Jawa Tengah (Dishub Jateng) menepi untuk dilakukan pemeriksaan kelaikan jalan.

Supir pun menuruti perintah petugas dengan memasuki satu bengkel untuk dicek apakah bus tersebut layak atau tidak untuk dioperasikan.

Surat izin mengemudi (SIM), surat kir, surat izin trayek, serta perlengkapan bus lengkap sehingga secara administrasi bus tersebut sudah memenuhi syarat untuk beroperasi.

Tapi, ketika salah seorang petugas Dishub Jateng mengecek kondisi ban, ternyata ditemukan sejumlah hal yang sangat membahayakan, yaitu ban belakang sebelah kiri beberapa bagian ban sudah terkelupas dan robek serta nyaris gundul.

Mendapat laporan seperti itu dan saat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melihat sendiri, maka diperintahkan supir tak boleh melanjutkan perjalanan. Penumpang di dalam bus pun diminta turun.

Ketika Menhub Budi Karya naik bus untuk meminta penumpang turun, alangkah terkejutnya karena di dalam bus ternyata ada belasan wisatawan mancanegara asal Thailand yang ingin berkunjung ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Melalui pemandu wisata yang paham Bahasa Thailand, Menhub minta agar penumpang turun dan pindah ke bus lain yang laik secara administrasi dan teknis untuk beroperasi.

Wisatawan Thailand pun turun dari bus dan pindah ke bus yang lain sekalipun harus basah kuyup karena hujan deras belum berhenti. Sebagian besar ngomel dengan perintah paksa Menhub, walau ada sebagian pula yang belum paham mengapa dirinya harus berganti bus.

Saat semua wisatawan Thailand sudah di dalam bus yang laik jalan, Menhub Budi Karya pun menerangkan kejadian sesungguhnya mengapa dirinya terpaksa memindahkan mereka ke bus yang lain.

Mendengar penjelasan dari Menhub melalui pemandu wisata, akhirnya puluhan wisatawan Thailand paham, bahkan beberapa diantaranya tepuk tangan memberikan apresiasi atas langkah keamanan yang dilakukan Budi Karya.

Seorang wisatawan Thailand malah mengatakan, dirinya sangat berterima kasih atas kejadian itu karena dirinya dan rombongan juga tak mau terjadi kecelakaan akibat bus yang ditumpangi tidak laik beroperasi.

Bahkan, beberapa wisatawan Thailand segera meminta berswafoto maupun foto bersama-sama menggunakan kamera telepon selulernya, setelah mengetahui kalau yang mereka hadapi adalah Menteri Perhubungan Republik Indonesia, .

Usai wisatawan Thailand berganti bus laik jalan, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur, Jawa Tengah.

Sikap tegas Mehub tersebut memang harus dilakukan mengingat jangan sampai wisatawan mancanegara itu yang semula ingin bersenang-senang malah mendapat malapateka, yang akhirnya justru bisa memberikan citra buruk di mata masyarakat internasional karena dianggap sistem transportasi di Indonesia buruk.

Tanpa toleransi

Kementerian Perhubungan tak bosan-bosan selalu gencar mengkampanyekan keselamatan penumpang dengan cara seluruh angkutan massal sebelum beroeprasi harus melalui uji kelaikan tanpa ada toleransi.

"Tujuannya adalah agar penumpang dan supir selamat sampai tujuan. Kita tak ingin main-main soal keselamatan. Hukuman tegas akan diberlakukan jika ada yang melanggar," kata Menhub Budi Karya.

Dari hasil uji kelaikan acak tersebut, Menhub menyatakan masih prihatin masih ada saja operator angkutan umum yang mengabaikan keselamatan dan cenderung ingin mengambil keuntungan dengan cara mengabaikan keamanan.

Pemerintah minta agar pengelola perusahaan bus mau menaati peraturan Kementerian Perhubungan yang mengatur keselamatan penumpang dan kelaikan jalan.

Padahal, menurut Menhub, berbagai sosialisasi selama ini telah dilakukan pemerintah pusat dan daerah agar bus tak layak beroperasi dilarang jalan, namun ternyata masih belum dipahami atau bahkan diabaikan.

Kementerian Perhubungan pun berjanji akan evaluasi apa yang selama ini sudah dilakukan, mengingat masih saja ada bus tak laik dapat beroperasi secara bebas.

Melihat situasi seperti itu, Menhub minta kepada dinas perhubungan dan kepolisian untuk gencar melakukan razia terhadap bus dan truk yang sedang beroperasi.

Menhub juga meminta kalau masih ada yang tak lain jalan ditilang dan dikandangkan saja sampai dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai mana mestinya.

Pemerintah akan bertindak tegas terhadap pelanggaran itu dengan menjalankan aturan ketat dan tanpa kompromi, ujarnya.

Dalam uji acak bus yang dilakukan, dari tiga bus, ada satu bus yang tak laik jalan karena ban belakang sebelah kiri sudah retak sehingga berpotensi pecah saat jalan.

Menhub dalam kesempatan itu mengimbau agar pengelola dan sopir bus memperhatikan kelaikan bus agar kecelakaan bisa dihindari.

Imbauan juga disampaikan kepada calon penumpang bus yang ingin bepergian. Kepada calon penumpang bus hendaknya juga peduli terhadap diri sendiri yakni bisa ikut mengecek bus yang akan dinaiki apakah laik jalan atau tidak.

"Kita juga minta calon penumpang ikut bersama-sama mengecek kendaraan yang akan digunakan. Kalau memang tidak laik jalan tidak usah naik dan melaporkan kepada petugas setempat," kata Budi Karya.

Peran serta masyarakat dalam hal ini memang sangat diperlukan karena tidak mungkin petugas dinas perhubungan memantau satu per satu bus laik jalan atau tidak, sekalipun imbauan dan sosialisasi terhadap operator bus sudah seringkali dilakukan.

Demikian juga kepada supir yang menjalankan kendaraan diimbau juga tak selalu memaksakan diri mengemudi bus yang dirasakan tak laik jalan karena hal itu justru membahayakan diri sendiri dan penumpang.

Pemerintah tentunya tak mau ada kecelakaan yang merenggut korban jiwa hanya karena transportasi yang digunakan dipaksa untuk beroperasi.

Untuk itu uji kelaikan akan terus dan terus dilakukan tanpa pandang bulu khusus pada lobur panjang saja, tapi juga pada hari-hari bukan liburan razia angkutan umum akan terus dilakukan dalam upaya menciptakan keselamatan dan keamanan penumpang.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018