Tanjungpinang (ANTARA News) - Evakuasi badan pesawat Nomad N22 P-817, Minggu, kembali ditunda, setelah tim memasang bom balon untuk mengapungkan badan pesawat yang jatuh 4 Mei 1987 di perairan Pulau Mapur, Bintan Utara, Kepulauan Riau. "Evakuasi harus kembali ditunda karena cuaca buruk. Misi dilanjutkan besok. Hari ini, tim telah memasang bom balon di badan pesawat," kata Dan Lantamal IV Tanjungpinang, Laksamana Pertama TNI Among Margono, di Tanjungpinang. Di hari keempat misi evakuasi, tim penyelam dari Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambai) TNI AL dan Basarnas Tanjungpinang, memasang lima bom balon di sisi badan pesawat partoli maritim buatan Australia itu. Lima bom balon masing-masing berbobot dua ton telah dipasang di depan (moncong pesawat), badan, ekor serta di kanan dan kiri (sayap) pesawat. Puluhan drum guna mempermudah penarikan badan pesawat setelah mengapung, juga telah dipersiapkan, katanya. Tim dari Dislambai TNI AL dan Basarnas Tanjungpinang selain memasang bom balon di sisi pesawat, juga masih berusaha mencari kerangka Mayor Laut (Pelaut) Suwelo Wibisono di dalam badan pesawat. Penyelaman dan pencarian yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB, belum juga menemukan kerangka Suwelo. Misi tersebut antara lain telah berhasil mengevakuasi baju penerbang (flying suit) dari kursi pilot Suwelo, teropong, tabung pemadam kebakaran, kaca pengamat, wadah makanan, pelindung kepala dan pelampung pilot. Nomad N22 P-817 jatuh 20 tahun lalu sewaktu Suwelo melaksanakan patroli udara Tanjungpinang-Natuna-Tanjungpinang bersama Letda Markoni. Markoni selaku kopilot selamat dari musibah tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007