Jakarta (ANTARA News) - Kondisi pasar modal di Indonesia berpotensi mengalami "over price", akibat tingginya permintaan terhadap produk pasar modal, sementara supply-nya belum mampu mengimbangi permintaan. "Memang ada potensi terjadi over price, tetapi itu baru potensi dan belum terjadi," kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Fuad Rachmany, ketika mewakili Menteri Keuangan dalam Bisnis Indonesia Award 2007, di Jakarta, Selasa. Fuad meminta pelaku pasar tidak usah khawatir dengan potensi itu, karena pemerintah terus berupaya menjaga agar potensi itu tidak membahayakan. "Jadi tidak usah khawatir bagi rekan-rekan kita yang bermain di pasar modal," tegasnya. Fuad memaparkan indikator pasar modal seperti IHSG, nilai kapitalisasi, transaksi harian, dan lainnya, hingga saat ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama Januari hingga pertengahan Juni 2007, IHSG telah mencapai 2.152 dibanding dengan kondisi akhir 2006 yang mencapai 1.836. Perkembangannya menunjukkan adanya naik dan turun, namun trend-nya meningkat. "Pertumbuhannya hingga saat ini mencapai sekitar 17 persen dibanding 2006 yang mencapai 55 persen. Di tahun 2007 kebanyakan orang memperkirakan pertumbuhannya tidak akan tinggi karena sudah tumbuh cukup tinggi di tahun 2006, tapi ternyata hingga Juni mencapai 17 persen, sehingga diperkirakan sampai akhir tahun mencapai sekitar 34 persen," katanya. Pada awal 2007, kebanyakan orang memperkirakan IHSG hanya akan mencapai 2.000, tetapi ternyata dalam 5 bulan pertama sudah tembus 2.100. Sementara dari sisi transaksi harian, pada tahun 2006 mencapai Rp1,8 triliun per hari, sedangkan pada 5 bulan pertama 2007 mencapai Rp3,4 triliun. Sementara nilai kapitalisasi pada akhir 2006 mencapai Rp1.239 triliun dan pada 5 bulan pertama 2007 mencapai Rp1.500 triliun atau mencapai sekitar 45 persen dari PDB. "Ini indikator yang menunjukkan perkembangan yang baik," katanya. Di Bursa Efek Surabaya (BES), transaksi obligasi korporasi harian mencapai Rp230 miliar per hari, saat ini menjadi sekitar Rp310 miliar per hari. Sementara transaksi obligasi pemerintah tahun 2006 mencapai sekitar Rp3 triliun, sekarang telah mencapai sekitar Rp5 triliun. "Jadi pertumbuhan pasar modal secara global memang cukup baik tapi perkembangan di Indonesia lebih cepat daripada perkembangan global," katanya. Namun harus diwaspadai adanya kerentanan pasar modal antara lain karena adanya ketidakseimbangan capital inflow dengan pertumbuhan produk pasar modal. Jadi permintaan terhadap produk pasar modal sangat tinggi tapi pertumbuhan produk pasar modal belum mampu mengimbangi. "Kondisi tersebut bisa mendorong terjadinya over price, tapi belum terjadi," katanya. Menurut dia, kondisi tersebut merupakan tantangan bagi Bapepam-LK dan instansi terkait lainnya untuk memperbanyak variasi produk pasar modal. "Kebijakan pemerintah dalam paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan, pada dasarnya untuk menjawab tantangan ini," katanya. Award Pada kesempatan itu, Bisnis Indonesia memberikan penghargaan kepada tiga pengusaha muda berpotensi dan pengusaha muda terbaik. Juga diberikan penghargaan terhadap 8 perusahaan terbaik dan Chief Executive Officer (CEO) tahun 2007. Tiga pengusaha muda yang meraih penghargaan adalah Fitri Rachmawati (Sofi Souvenir) sebagai terbaik I, Ahsan Abduh (susu jagung O Thank) terbaik II, dan Purwan Habibi S (P-Man Pisang Goreng) sebagai terbaik III. Sementara The Best Achievement diraih oleh Hendi Setiono (Kebab Turki Baba Rafi). Sementara itu untuk kategori manajer investasi terbaik diraih Mandiri Manajemen Investasi, Perusahaan efek terbaik: Kim Eng Securities, Asuransi Jiwa Terbaik: Prudential Life Assurance, Asuransi Umum: PT Asuransi Adira Dinamika. Kategori lainnya Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbaik diraih Bank Jatim, bank nasional: Bank Lippo, Emiten Papan pengembangan: PT Davomas Abadi, emiten papan utama: PT Citra Tubindo, dan CEO of The Year 2007 diraih Kris Taenar Wiluan (CEOB PT Citra Tubindo). (*)

Copyright © ANTARA 2007