Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Selasa mendekati level Rp9.100 per dolar AS karena pelaku pasar aktif membeli dolar AS, sehingga mata uang lokal itu merosot tajam. Rupiah sore ditutup menjadi Rp9.063/9.070 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.023/9.045 atau melemah 40 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan tekanan pasar terhadap rupiah makin besar karena perusahaan BUMN aktif membeli dolar AS untuk membayar hutangnya yang sudah jatuh tempo. Karena itu tekanan pasar makin gencar mengakibatkan rupiah terpuruk, meski ada isu eksternal bahwa yen menguat terhadap dolar AS, ucapnya. Ia mengatakan yen menguat setelah Menkeu Jepang memperingatkan pasar agar menyadari dengan kemerosotan yen akhir-akhir ini. "Kami optimis yen akan terus menguat hingga kembali ke posisi 110 yang merupakan angka batas psikologis dimana yen saat ini masih jauh di atas level 120 yen," katanya. Dolar AS turun 0,2 persen terhadap yen menjadi 123,40 yen dan euro juga melemah menjadi 166,05 atau turun 0,25 persen. Menurut dia, dengan menguatnya yen memberikan dampak positif terhadap pasar uang domestik, khususnya rupiah namun faktor positif dari eksternal itu tidak terjadi. Hal ini disebabkan, pelaku pasar masih terfokus untuk membeli dolar AS, mereka membutuhkan mata uang asing itu untuk memenuhi kebutuhannya, ucapnya. Rupiah, menurut dia, akan bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS, karena pada level tersebut nilai tukar rupiah dinilai masih stabil. Namun rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat, apabila Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral AS (The Fed) rencana menaikkan suku bunga terjadi. BOJ akan menaikkan suku bunga untuk memicu yen terus menguat, karena posisinya saat ini masih jauh di atas level 110 yen dan The Fed juga melakukan hal yang sama untuk menekan inflasi yang cenderung meningkat, katanya. "Kami juga menunggu reaksi dari pelaku lokal dengan membaiknya yen yang diharapkan akan memberi nilai positif terhadap rupiah," tambahnya. Rupiah saat ini terkoreksi, karena pasar saham regional melemah akibat merosotnya bursa Wall Street, karena pelaku pasar khawatir dengan pasar AS yang cenderung merosot, demikian Kostaman Thayib.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007