Tanjungpinang (ANTARA News) - Pengangkatan Nomad N22 P-817 dengan lima balon yang diangini dengan kompresor dari KRI Tenggiri, Selasa, terkendala kebocoran satu balon, sehingga empat lainnya tak kuat mengapungkan badan pesawat itu di dalam laut perairan Pulau Mapur. Kebocoran terjadi pada balon yang dipasang di hidung pesawat dan diduga dikarenakan terkena jangkar Kapal Motor Princess Mandiri ketika Senin (25/6) disertakan dalam Missi Evakuasi N22-P817 yang hingga kini sudah berlangsung enam hari. Wartawan ANTARA, Sudirman, yang meliput langsung upaya evakuasi di perairan Pulau Mapur, Bintan Utara, Kepulauan Riau, juga melaporkan, ketimbang di lima hari sebelumnya, cuaca di lokasi cukup cerah tetapi ombak masih tetap besar. Tim penyelam dari Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambai) TNI AL, sejak pagi, berkutat mengapungkan badan pesawat patroli maritim yang bersama Pilot Mayor Laut (Pelaut) Suwelo Wibisono jatuh dan tenggelam 4 Mei 1987. Penyelaman untuk mengangkat pesawat yang sudah 20 tahun tenggelam, diawali dengan ritual di atas lokasi oleh tetua tempatan yang juga dihadiri anak kedua almarhum Sewelo, Mohammad Ichya Rathadi (28). Ichya sejak Kamis pekan lalu bersama ibunya Sri Budayanti (52) dari Surabaya menyertai tim gabungan Dislambair, Armabar, Guskamla, Satu Dharma, Lantamal IV/Tanjungpinang, KRI Tenggiri, dan beberapa warga tempatan, dengan harapan, tim dapat menemukan kerangka Suwelo. Dipimpin Wakil Ketua Tim Dislambai Kolonel Laut Yuyus Kusniadi; Selasa atau hari keenam missi, tim berusaha mengapungkan Nomad, tetapi daya angkat dari empat balon tak mencukupi sehingga tim mencoba mengakali menambah kekuatan dengan empat drum. Keempat drum itu sudah terpasang di dekat hidung badan pesawat, tetapi baru akan diisi dengan udara Rabu(27/7). Bagian kiri-kanan sayap, ekor, hidung dan atas pesawat sejak Minggu sudah dipasangi balon pengapung. Untuk sementara, tim penyelam pada pukul 15.30 kembali ke Posko Evekuasi Nomad N22 di dekat Pantai Trikora di perbatasan Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007