Yangon (ANTARA News) - Myanmar pada Selasa (23/01) menyalahkan Bangladesh karena penundaan dimulainya program pemulangan besar-besaran pengungsi Rohingya, saat PBB memperingatkan bahayanya untuk segera memulangkan mereka ke negara bagian Rakhine yang dilanda konflik.

Hampir 690.000 warka Rohingya melarikan diri ke Bangladesh setelah tindakan kekerasan brutal tentara Myanmar yang dimulai di negara bagian tersebut pada Agustus lalu, sedangkan sekitar 100.000 orang melarikan diri dari awal konflik itu pada Oktober 2016.

Myanmar sepakat bahwa sejak 23 Januari, mereka akan mulai memulangkan kembali para pengungsi yang melarikan diri sejak 2016 dan mencari perlindungan di kamp-kamp kumuh di distrik Bazar Cox di Bangladesh.

Namun, seorang pejabat Bangladesh pada Senin mengatakan bahwa program tersebut tidak akan dimulai sesuai rencana. Komisioner Pembantu Pengungsi dan Repatriasi Mohammad Abul Kalam mengatakan masih banyak pekerjaan persiapan yang harus dilakukan.

Myanmar, yang mayoritas menganut ajaran Budha menganggap warga Rohingya di Rakhine sebagai imigran gelap dari Bangladesh dan tidak menerima kewarganegaraan mereka.

Myanmar juga dituduh mundur dari proses pemulangan tersebut dengan setuju untuk menerima hanya 1.500 warga Rohingya dalam seminggu. Mereka juga telah menyiapkan dua kamp penerimaan di sisi perbatasannya, AFP.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018