Jakarta (ANTARA News) - PT. Bank Mandiri Persero Tbk memutuskan untuk menunda pembelian bank di Filipina  hingga perseroan mampu memperbaiki rasio kredit bermasalah (non performance loan/NPL) menjadi 2,5 persen secara gross dari level saat ini 3,4 persen.

"Jadi kemarin kami diminta `slowdown` untuk bisnis unorganic, agar fokus ke penurunan NPL bisa dibawah tiga persen. Jadi nanti kalau NPL sudah 2,5 persen baru kita prtimbangkn lagi," kata Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodojo di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya, Mandiri menargetkan ekspansi ke Filipina bisa terealisasi pada semester pertama 2018. Pada Agustus 2017, Direktur Distribusi Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan perseroan sedang mempersiapkan uji tuntas kepada dua perusahaan di Filipina.

Rencana ekspansi Mandiri itu merupakan hasil penandatanganan letter of intent (LOI) antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bank sentral Filipina, Bangko Sentral Ng Pilipinas.

Ekspansi luar negeri Mandiri terdekat adalah untuk mengoptimalkan sebuah kantor cabang di sana. Proses ekspansi saat ini sudah memasuki tahap perizinan.

Selain ekspansi di Filipina, Bank Mandiri juga berencana menumbuhkan bisnis secara unorganic dengan memproses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) untuk dua anak usahanya, yakni PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT. Mandiri Tunas Finance (MTF) pada 2019.

Kartika mengungkapkan, untuk MTF, pihaknya ingin mendorong agar kapitalisasi pasarnya bisa meningkat menjadi Rp 2,5-3 triliun sebelum melakukan IPO.

Sementara untuk BSM, kemungkinan untuk bank syariah tersebut adalah IPO dan penjajakan mitra strategis. Kedua opsi ini akan dipilih dengan memperhatikan valuasi dari BSM.

"Opsi untuk BSM bisa IPO dan juga mitra strategis, investor yang mendekati sudah banyak terutama dari Timur Tengah," ujarnya.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018