Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS), Abdullah Sabana, memastikan bahwa stok susu aman hingga tahun depan dan harga susu eceran hanya naik antara dua hingga tujuh persen selama enam bulan terakhir. "Stok ada di pasar hingga tahun depan. Kenaikan wajar, tidak signifikan. Kami juga akan melakukan efisiensi untuk meredam kenaikan harga bahan baku ini. Kenaikan tidak akan lebih dari 10 persen," katanya usai rapat bersama di Departemen Perdagangan, Jakarta, Selasa. Rapat tersebut dihadiri oleh pelaku industri pengolahan susu, antara lain Nestle dan Indomilk, Departemen Pertanian (Ditjen Peternakan), dan dipimpin Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurti. Sabana menjelaskan, meski harga bahan baku susu impor dari Australia mengalami kenaikan hingga 100 persen, efeknya tidak linear dengan kenaikan produk susu olahan. Selama ini, Indonesia mengimpor 70 persen dari kebutuhan bahan baku produk susu dari Australia karena pasokan dalam negeri hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa "full cream milk powder" impor naik 2.900 dolar Amerika Serikat (AS) per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. Menurut dia, porsi bahan baku impor terhadap produk susu cair hanya 11 persen, susu kental manis 6 persen, tepung susu 60-80 persen. "Biaya juga tidak hanya dari susu, packaging, energi, 'factory overhead', upah karyawan, dan sebagainya. Secara persentase dampaknya akan kecil terhadap harga distributor, eceran. Dan makin lama makin kecil ke konsumen," tambahnya. Menurut Sabana, industri akan menaikkan harga secara gradual untuk mempertahankan konsumennya. "Menjelang akhir tahun kemungkinan besar harga bahan baku akan turun, karena di Australia mulai akan turun hujan," ujarnya. Kenaikan harga bahan baku susu impor dari Australia disebabkan kekeringan panjang yang melanda negara benua itu beberapa bulan ini. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan Ardiansyah Parman menegaskan produsen susu olahan tidak punya alasan untuk menaikkan harga hingga lebih 10 persen karena mereka harus memperhitungkan daya beli masyarakat. "Kalau terlalu tinggi dan tidak terserap masyarakat, akan merugikan industri juga," ujarnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007