Jakarta (ANTARA News) - Hasil seleksi calon hakim agung yang dilaksanakan oleh Komisi Yudisial (KY) dinilai mengecewakan, kata Ketua Komisi III DPR, Trimedya Pandjaitan. Di sela-sela uji kelayakan calon hakim agung di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa calon hakim agung yang dihasilkan melalui seleksi oleh KY tidak sesuai dengan anggaran yang telah dihabiskan. "Tadinya, dari seleksi yang dilakukan oleh KY kita berharap hasilnya lebih bagus. Tapi, dari yang sudah ada, saya menilai tidak ada perbaikan kualitas dari seleksi yang dulu dilakukan oleh DPR saja. Saya secara pribadi kecewa," tuturnya. Pendapat senada dikemukakan oleh anggota Komisi III dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nursyahbani Katjasungkana. "Saya sangat kecewa dengan kualitas hasil seleksi KY," ujarnya. KY pada seleksi calon hakim agung tahap pertama yang menghasilkan enam calon menghabiskan dana Rp2,7 miliar, sedangkan pada seleksi tahap kedua yang menghasilkan 12 calon menghabiskan dana Rp1,2 miliar. Melihat kualitas calon yang dihasilkan melalui seleksi oleh KY, membuat Trimedya mempertanyakan titik sentral parameter kelulusan yang ditentukan oleh KY. Dalam beberapa rapat dengar pendapat antara KY dan Komisi III, kata Trimedya, Komisi III sudah mempertanyakan parameter penentuan kelulusan yang diterapkan oleh KY. "Kita pernah bertanya, KY ini ingin mencari calon yang bagus secara fisik atau yang memiliki integritas. Karena, yang kita dengar tes kesehatannya saja seperti mau masuk Akabri. Padahal calon yang ikut seleksi rata-rata sudah berumur 40 sampai 50 tahun," tuturnya. Ia mengemukakan, persoalan kualitas calon hakim agung yang nantinya terpilih jangan hanya ditimpakan kepada DPR, karena pada prinsipnya DPR hanya menerima bahan mentah berupa hasil seleksi yang diserahkan oleh KY. Di masa mendatang, lanjut dia, Komisi III akan memperketat pengawalan terhadap seleksi calon hakim agung yang dilakukan oleh KY untuk menghindari rendahnya kualitas calon yang diajukan ke DPR. Nursyahbani menyesalkan proses seleksi calon hakim agung yang telah selesai dilakukan oleh KY, yang ia nilai kurang proaktif menjaring calon potensial. Ia berharap, panitia seleksi (pansel) lain, seperti pansel calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pansel Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang tengah bekerja bisa lebih proaktif dalam menjaring calon yang dinilai potensial. Calon hakim agung sebelum uji kelayakan di DPR telah menjalani serangkaian tes di KY, yaitu seleksi administratif, uji kualitas berupa penyelesaian studi kasus, tes kesehatan, tes kepribadian hingga wawancara. Namun, beberapa anggota Komisi III menilai hasil seleksi tersebut belum memuaskan. "Saya bukan `under estimate`, tetapi kita membutuhkan orang yang mampu memberi arah dalam penegakan hukum," ujar Nursyahbani. Selama dua hari uji kelayakan di DPR terhadap delapan dari total 18 calon, beberapa anggota Komisi III sudah mempertanyakan kualitas para calon. Calon hakim agung, Abdul Wahid Oscar, misalnya, di depan anggota Komisi III mengaku sering menerima uang "terima kasih" dari pihak yang berperkara meski nilainya di bawah Rp1 juta. Sedangkan, calon hakim agung Khalilurrahman dicecar oleh Komisi III karena mendapat gelar master dari institut pendidikan yang dinyatakan ilegal oleh Departemen Pendidikan Nasional. Selain itu, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Semarang yang telah empat kali mengikuti seleksi calon hakim agung itu juga dicecar pertanyaan seputar ulahnya yang meminta sumbangan dari seluruh Ketua Pengadilan Agama di Jawa Tengah untuk membeli mobil dinas sedan Toyota Camry. Di depan Komisi III, Khalilurrahman membenarkan sikapnya itu yang dinilainya sebagai bentuk gotong royong. Sedangkan, calon hakim agung Achmad Ubbe dipertanyakan kelulusannya oleh Komisi III karena hanya mengetahui hukum adat tanpa menguasai hukum acara. Anggota KY Soekotjo Soeparto mengatakan, KY bisa memahami kekecewaan yang dialami oleh Komisi III. Menurut dia, KY sendiri pun kecewa terhadap hasil seleksi tersebut. "Mau bagaimana lagi? 'Output' seleksi itu kan tergantung 'input'-nya. Hanya 'input' seperti itu lah yang bisa didapatkan oleh KY," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007