Pontianak (ANTARA News) - Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kota Pontianak, Utin Hadidjah, mengatakan, kenaikan harga susu yang terjadi saat ini tidak bisa disikapi dengan menekan harganya melalui Operasi Pasar (OP). Menurut Utin Hadidjah, di Pontianak, Rabu, yang mesti dilakukan adalah mencari solusi. Pemerintah daerah dan pusat kedepannya mesti menggalakkan peternakan sapi perah. "Karena kalau ketergantungan pasokan susu dalam bentuk bubuk dari luar, bisa ditekan maka harga susu tidak akan mudah digoyang oleh pasar internasional," jelasnya. Ia mengatakan, selama ini Indonesia sangat tergantung kepada pasokan susu dari Australia. Negara pemasok susu terbesar itu kini sedang mengalami musim kemarau, sehingga mempengaruhi pasokan susu di berbagai negara pengimpor, seperti Indonesia. Karena susu bukan termasuk kebutuhan pokok bagi masyarakat banyak, maka Pemerintah Kota Pontianak tidak akan melakukan operasi pasar untuk menekan harga susu. Menurutnya, berdasarkan pantauan di lapangan, kenaikan harga susu berbagai merek masih terbilang kecil. Untuk susu kental manis merek Bendera ukuran 397 gram naik tipis dari Rp6.565 per kaleng menjadi Rp6.612 per kaleng di akhir Juni. Sementara susu kental manis merek Indomilk ukuran 390 gram, dari Rp6.275 per kaleng mengalami naik 7,73 persen dibanding harga rata-rata mulai 1 - 15 Juni. "Kenaikan harga susu karena permintaan meningkat sementara stok berkurang, karena negara produsen susu mengurangi ekspor susunya," katanya. Pemantauan ke beberapa super market dan pasar tradisional di kota Pontianak, seperti Pasar Flamboyan, Kemuning, Mawar, Dahlia, rata-rata kenaikan susu kurang dari 10 persen. Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, kenaikan harga susu belakangan ini masih dalam batasan normal, sesuai kenaikan tiap tahunnya sekitar lima persen. "Saya rasa tiap tahun terjadi kenaikan sekitar lima persen. Itu masih kenaikan normal kalau dilihat dari tren harga," kata Mendag beberapa waktu lalu. Menurut pantauan Departemen Perdagangan, kenaikan harga susu di tingkat ritel hanya sekitar 2-3 persen, kecuali di Denpasar Bali yang mencapai 10 persen. Kenaikan harga susu itu disebabkan tingginya harga bahan baku dalam bentuk susu bubuk "full cream" yang naik dari 280 dollar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton sejak Januari sampai Juli ini. Hal ini disebabkan musim kemarau di Australia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007