Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Fauzi Ichsan mengatakan, serangkaian penurunan suku bunga acuan (BI Rate) oleh Bank Indonesia dari 12,75 persen pada pertengahan 2006 hingga Juli ini mencapai posisi 8,25 persen belum dapat mendorong sektor riil bergerak lebih cepat, bahkan cenderung masih berjalan di tempat. "BI Rate sudah turun sebesar 4,5 persen poin, fundamental ekonomi makro Indonesia makin membaik serta rupiah yang stabil, namun sektor riil masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan," katanya di Jakarta, Kamis. Menurut dia, belum berjalannya sektor riil itu terutama disebabkan rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (Loan to deposito Ratio/LDR) perbankan masih belum naik. "Karena itu perbankan hati-hati menyalurkan kredit kepada masyarakat, mereka masih trauma terhadap kejadian masa lalu yang menimbulkan resiko seperti kredit bermasalah," kata Fauzi yang juga Ekonom Standard Chartered Bank. Ia mengatakan, faktor utama untuk mendorong sektor riil bergerak sebenarnya berada di tangan pemerintah. Pemerintah harus membelanjakan dana APBN ke sektor-sektor produktif yang sampai saat ini juga masih belum terlihat. "Kami optimis apabila pemerintah dan perbankan berjalan bersama, maka sektor riil akan tumbuh dengan baik," katanya. Ditanya mengenai BI Rate, ia mengatakan, suku bunga acuan itu semula tidak akan turun pada bulan ini. Namun BI mempunyai pandangan lain dengan makin membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional maka BI Rate turun 25 basis poin menjadi 8,25 persen. Menurut dia, BI Rate pada akhir tahun diperkirakan akan bisa mencapai 8 persen, namun untuk berada di bawah level 8 persen diperkirakan agak sulit.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007