Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah lima poin menjadi Rp13.756 dibanding posisi sebelumnya Rp13.751 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta Senin mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah terpengaruh sentimen dari eskternal, terutama dari The Fed.

"Pada maret ini, The Fed diperkirakan menaikan suku bunganya, selanjutnya pasar menantikan sinyal seberapa banyak The Fed akan menaikan suku bunganya pada 2018 ini," katanya.

Ia menambahkan bahwa proyeksi kenaikan suku bunga The Fed sejauh ini telah direspon pasar, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat mengalami kenaikan.

Kendati demikian, lanjut dia, fluktuasi rupiah relatif masih stabil. Apalagi, Bank Indonesia juga melakukan intervensi agar fluktuasinya tidak terlalu bergejolak.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan sentimen mengenai pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang tarif sebesar 25 persen untuk impor baja dan 10 persen untuk aluminium, membatasi apresiasi dolar AS.

"Spekulasi kenaikan suku bunga AS menopang dolar AS, namun kekhawatiran tentang perang perdagangan akibat kebijakan itu dapat menekan dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (5/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.740 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.746 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah dibuka menguat ke Rp13.731

Baca juga: DPR minta BI gerak cepat untuk stabilisasi kurs rupiah

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018