Jakarta (ANTARA News) - Larangan terbang maskapai Indonesia oleh Uni Eropa (UE) tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor karena masih ada maskapai asing yang melayani ekspor tujuan Eropa dengan biaya lebih murah. "Selama ini lebih banyak pakai maskapai asing," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia Benny Soetrisno, ketika dihubungi, di Jakarta Jumat. Benny menjelaskan eksportir banyak menggunakan maskapai asing karena maskapai nasional sudah lama tidak membuka penerbangan langsung ke Eropa. "Harga cargonya (maskapai domestik) lebih mahal dibanding maskapai asing bahkan dibanding maskapai Malaysia san Thailand," ujarnya. Perbedaan biaya angkut cargo ke Eropa antara maskapai asing dan lokal bisa hingga 20 persen. Meski demikian, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono mengkhawatirkan larangan itu akan mempengaruhi kedatangan pembeli dan pada akhirnya akan mempengaruhi ekspor mebel Indonesia. "Sekarang memang tidak ada pengaruh penurunan ekspor, tapi pengaruh itu akan terjadi pada beberapa bulan yang akan datang," katanya. Menurut dia, kebiasaan pembeli mebel Indonesia adalah mendatangi pabrik dan melihat langsung produknya sebelum melakukan pembelian. Larangan terbang akan memperburuk citra Indonesia yang sudah sering dituduh menggunakan bahan kayu ilegal untuk produk kayunya. Sementara itu, menurut dia, ekspor mebel selama ini sebagian besar menggunakan angkutan laut dibanding udara sehingga kinerja ekspor tidak terlalu terpengaruh. Secara keseluruhan UE merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga setelah Jepang, AS, dan Singapura dengan nilai ekspor 1,07 miliar dolar AS selama 2006.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007