Jambi (ANTARA News) - Tim ekspedisi media dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dikoordinir FLEGT Jambi (lembaga Uni Eropa-Indonesia) dan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Kabupaten Sarolangun memergoki para penebang liar di dalam kawasan taman tersebut. Tetapi, para penebang liar keburu kabur meninggalkan sejumlah peralatan penebangan kayu, kata Imam dan Ook yang ikut dalam tim ekspedisi media ke TNBD selama dua hari (4-5 Juli 2007). Tim media beranggotakan puluhan orang wartawan cetak dan elektronik, LSM, termasuk artis Marissa Haque meliput di TNBD untuk kampanye kehutanan dan mempublikasikan kehidupan suku anak dalam (SAD) yang telah hidup ratusan tahun lalu di taman nasional seluas 60.200 ha. TNBD itu kini diambang kepunahan terutama flora dan fauna yang selama ini dipertahankan suku Kubu atau yang dikenal Orang Rimba dengan kearifan tradisional. Para wartawan dari Jakarta dan Jambi yang mengikuti "journalist touring" ke TNBD mengakui, ketika malam masih saja terdengar suara mesin chainshow (mesin penggergajian kayu) meraung-meraung. Para pembalak liar di TNBD selalu lolos, karena sistem pengamanan yang kurang berjalan, selain petugas Polhut TNBD hanya berjumlah empat orang. Para pembalak liar itu beraksi pada malam ketika petugas Polhut lengah, sementara jalan untuk mengangkut ilegal logging di kawasan itu cukup banyak sehingga bisa lolos dari pos penjagaan yang ada. Orang Rimba yang tinggal di TNBD itu hanya pasrah melihat kegiatan pembalakan liar selama ini, karena mereka sering diancam para oknum pembalak liar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007