Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar keanekaragaman seni dan budaya bangsa dapat dikemas secara lebih menarik sehingga mampu memiliki daya tarik dan nilai jual pariwisata di tanah air. "Industri pariwisata yang sedang kita galakkan tidak mungkin tumbuh dan berkembang jika kita tidak dapat mengemas kekayaan seni budaya dalam suguhan karya seni yang menarik," katanya pada Malam Anugerah Seni dan "Mboru Ate Tedeh" 2007 di Jakarta, Minggu. Presiden yang didampingi Ibu Ani Bambang Yudhoyono mengatakan, potensi keragaman budaya harus dikelola agar menjadi kekuatan bangsa yang nyata dan dapat memberi sumbangan dalam pembangunan, di tengah terpaan masuknya budaya asing. "Kekayaan budaya bangsa harus menjadi pilar utama dalam menangkal pengaruh negatif budaya asing. Kekayaan budaya bangsa harus menjadi penyaring atau filter masuknya nilai budaya asing yang tidak sesuai budaya kita," kata Presiden. Dikatakannya, Indonesia ingin membangun masyarakat yang hidup di atas kepribadian sendiri dan tidak terombang-ambing oleh perubahan dan kemajuan zaman. "Sedangkan nilai budaya asing yang membawa kebaikan dan sesuai dengan budaya kita, kita jadikan pendorong untuk tumbuh dan maju ke depan," katanya. Karena itu, Presiden mengajak segenap masyarakat di tanah air untuk melestarikan seni dan budaya bangsa sebagai wujud penghargaan dan cinta tanah air. "Saya yakin kebudayaan nasional yang tangguh hanya dapat dibentuk oleh pilar kebudayaan lokal dan daerah yang kuat. Marilah kita tumbuh kembangkan budaya lokal," katanya. Dalam acara tersebut, Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono menerima kalungan kain ulos yang merupakan kain khas Karo sebagai tanda penghormatan dan penghargaan kepada kedua tokoh tersebut. Usai memberikan sambutan, Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono beserta ribuan masyarakat Karo yang hadir dalam acara tersebut mendapat suguhan kesenian dan budaya Karo, berupa nyanyian dan tarian. Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara Malam Anugrah Seni dan "Mboru Ate Tedeh" 2007, HM Tarigan, mengatakan acara tersebut merupakan inisiatif tokoh masyarakat Karo untuk menggalang dan menghimpun masyarakat Karo dari berbagai wilayah dalam acara temu kangen atau "Mboru Ate Tedeh" yang kental dengan nuansa budaya dan adat Karo. Menurut dia, kesadaran masyarakat Karo sebagai bagian dari bangsa yang setia terhadap NKRI harus diwujudkan melalui soliditas yang kompak dengan ketahanan masyarakat Karo. Pagelaran seni dan budaya Karo, katanya, hendaknya dipandang sebagai peristiwa monumental dan awal kebangkitan budaya Karo di tengah dinamika budaya lokal, nasional, dan global. Acara tersebut juga dimaksudkan untuk mengenang prestasi seni dan memberi penghargaan kepada sejumlah seniman asal Karo yang dianggap berprestasi dan berjasa mengembangkan kesenian. Hadir dalam acara yang diselenggarakan Yayasan Bengkel Seni 78 itu antara lain Menhut MS Kaban yang juga tokoh masyarakat Karo dan Seskab Sudi Silalahi, serta sejumlah tokoh nasional asal Karo.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007