Beirut (ANTARA News) - Ribuan warga sipil mengalir keluar dari kota mereka untuk melarikan diri dari pertempuran di dua ujung yang berlawanan dari Suriah, pada Sabtu, tempat dua serangan berbeda telah mendorong eksodus dalam beberapa hari terakhir.

Serangan udara menggempur kantong pemberontak di Ghouta timur dekat ibu kota Damaskus, tim penyelamat dan seorang pemantau perang mengatakan, dengan gelombang baru setidaknya 10.000 orang melarikan diri ke jalur tentara sejak pagi.

Di wilayah Afrin utara, orang-orang melarikan diri dari garis depan lainnya di rumah mereka saat tentara Turki dan gerilyawan sekutu menyerang kota utama, kata pasukan Kurdi Suriah dan kelompok pemantau.

Lebih dari 150.000 orang telah meninggalkan kota ini dalam beberapa hari terakhir, seorang pejabat senior Kurdi dan kelompok pemantau mengatakan.

Dua serangan itu, yang didukung oleh Rusia dan yang lainnya dipimpin oleh Turki, telah menunjukkan bagaimana faksi Suriah dan sekutu asing mereka secara agresif membentuk kembali peta setelah kekalahan kelompok ISIS tahun lalu.

Konflik Suriah memasuki tahun ke tujuh minggu ini. Konflik itu telah membunuh ratusan ribu, dan menyebabkan setidaknya 11 juta lebih mengungsi, termasuk hampir 6 juta yang telah melarikan diri ke luar negeri di salah satu dari

krisis pengungsi terburuk di zaman modern.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan serangan udara berlanjut di kantong gerilyawa di Ghouta timur menewaskan 30 orang yang berkumpul untuk berangkat ke wilayah pemerintah pada Sabtu.

Kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris itu mengatakan serangan yang terjadi di Kota Zamalka itu juga melukai puluhan lainnya. Tidak ada komentar segera dari Damaskus, yang mengatakan bahwa pihaknya hanya menargetkan militan bersenjata.

Observatorium mengatakan bahwa gelombang baru 10.000 orang telah meninggalkan kantong pemberontak menuju wilayah pemerintah di Ghouta, di mana pemerintah melancarkan serangan sengit sebulan yang lalu.

Militer Turki membantah pada Sabtu bahwa pasukannya telah menyerang rumah sakit di Afrin, di mana mereka melakukan serangan sejak Januari untuk melawan milisi YPG Kurdi Suriah yang menguasai wilayah tersebut.

YPG dan Observatorium mengatakan serangan udara Turki pada rumah sakit utama kota Afrin telah membunuh 16 orang pada malam hari sebelumnya.

Sementara itu menurut laporan Xinhua, Dewan Keamanan (DK) PBB pada Jumat (16/3) kembali menyerukan dilaksanakannya resolusinya yang menuntut gencatan senjata segera di seluruh Suriah.

"Anggota Dewan Keamanan kembali menyampaikan seruan mereka bagi pelaksanaan penuh Resolusi 2254 dan 2401," kata Duta Besar Belanda untuk PBB karel van Oosterom, yang menjadi Presiden Dewan Keamanan untuk Maret.

Anggota Dewan Keamanan kembali menegaskan bahwa Resolusi 2401, yang menuntut gencatan senjata segera, diterapkan di seluruh Suriah, kata van Oosterom kepada wartawan setelah konsultasi tertutup DK mengenai situasi di Suriah. Demikian laporan Reuters.

(Uu.G003/M016)

Pewarta: SYSTEM
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018