Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pers Indonesia mempertanyakan penggunaan istilah "Indon" kepada pers Malaysia dalam suatu dialog terbuka bersama delapan pemimpin redaksi dan editor media TV Indonesia yang diundang Malaysia dengan para pimpinan pers Malaysia. "Kami mempertanyakan pers Malaysia yang sering menggunakan istilah Indon untuk menyebut Indonesia. Kami rasakan itu sebagai suatu penghinaan," kata Editor Trans TV Iwan Sudirwan, ketika berdialog dengan para pemimpin pers Malaysia di Kuala Lumpur, Senin. Dalam dialog itu ada Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan, Pemred RCTI Arief Suditomo, Ivan Haris GM ANTV, Korlip Indosiar Muslikhin, Editor TVRI Farhat Syukri, Wakil Pemred SCTV Eko Wahyo Tawantoro, dan Manajer TV ANTARA Bahrul Alam sedangkan dari pers Malaysia hadir Pemred Bernama Yong Soo Heong, Wakil Pemred Zakaria Abd Wahab, Komisaris TV3 Chamil Wariya, Pemred harian The Sun Zainon Ahmad, Editor The Star Wong Sai Wan, dan seorang editor Utusan Malaysia Zulkifli. Iwan Sudirwan mengatakan, "Kalau pers Malaysia menulis Bangladesh dengan Bangla memang mereka dari suku Bangla, kalo pers Malaysia menulis Thailand dengan Thai itu memang suku mereka dari Thai. Tapi Indon bukan nama salah satu suku di Indonesia. Indonesia itu terdiri dari Indo dan Melanesia. Jadi tidak ada akar atau dasar penggunaan istilah Indon bagi masyarakat dan bangsa Indonesia yang selama ini dilakukan pers Malaysia," katanya. Hal itu terungkap karena banyak pers Malaysia menggunakan istilah "Indon" untuk menyebut orang atau bangsa Indonesia. Namun beberapa pemimpin pers Malaysia yang hadir membantah penggunaan istilah Indon bertujuan untuk merendahkan bangsa Indonesia. "Tak ada maksud lain selain untuk memperpendek saja," kata mereka. Asro Kamal Rokan mengatakan, hubungan kepala negara Indonesia-Malaysia sangat baik saat ini. Tapi berbagai isu seperti masalah Ambalat, perlakukan terhadap TKI dan PRT Indonesia, ilegal logging, kebakaran hutan dan asap menjadi isu yang sering menimbulkan kemarahan masyarakat di kedua negara. Sementara itu, Ivan Haris dari ANTV mengatakan bahwa bangsa dan masyarakat Indonesia juga sangat menyesalkan terjadinya kebakaran hutan yang menimbulkan asap ke wilayah Malaysia dan Singapura. Ia mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan dari masyarakat maupun pemerintah Indonesia. Beberapa pemimpin redaksi TV, baik dari Indonesia dan Malaysia, memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan kerjasama untuk membuat acara hiburan seperti "Titian Muhibah" dan pemutaran film antar kedua negara demi meningkatkan hubungan kedua negara. Para pemimpin dan editor TV Indonesia, dengan kepanitiaan oleh kantor Berita Bernama, melakukan dialog dengan para Pemred Malaysia, kemudian melakukan kunjungan dan dialog dengan kelompok media NSTP (The New Straits Times Press) yang memiliki koran The New Straits Times, Berita Harian, Harian Metro dan The Malay Mail, kemudian mengunjungi TV3, wawancara dengan Menteri Penerangan Malaysia Zainuddin Maidin, Wakil PM Najib Tun Razak, dan akan wawancara dengan PM Malaysia Abdullah Badawi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007