Bogor (ANTARA News) - Upaya peningkatan produksi susu di Indonesia akan mustahil dilakukan jika sapi perah saja masih diimpor, oleh karenanya industri peternakan harus mulai fokus ke masalah pembibitan (breeding) sapi, kata Bustanul Arifin dari INDEF. Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu di Bogor (Jawa Barat), Selasa, mengemukakan bahwa saat ini tidak ada satu pun sentra pembibitan sapi perah di Indonesia. "Sepertinya kita perlu `orang gila` yang mau menginvestasikan modalnya untuk pembibitan sapi perah," kata Bustanul dalam seminar nasional mengenai daya saing produk agribisnis di kampus Magister Manajemen Agribisnis (MMA), Institut Pertanian Bogor (IPB). Harus diakui, kata dia, investor enggan menanamkan modalnya untuk pembibitan sapi karena pengembalian modalnya lama dan memilih untuk mengimpor sapi bakalan. Namun, ia mengemukakan, jika Indonesia tidak ingin lagi tergantung pada impor susu, maka pembangunan sentra pembibitan sapi merupakan hal mendesak untuk dilakukan. "Kita harus mulai dari sekarang. Hasilnya mungkin baru bisa kita rasakan kira-kira tiga tahun setelah investasi ini," katanya. Masalah rendahnya produksi susu sapi di Indonesia kembali mencuat setelah harga bahan baku susu impor dari Australia mengalami kenaikan hingga 100 persen akibat kekeringan panjang yang melanda negara benua itu beberapa bulan ini. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa "full cream milk powder" impor naik 2.900 dolar Amerika Serikat (AS) per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. Imbasnya, menurut dia, harga susu dalam kemasan di pasar lokal juga merangkak naik, sehingga di beberapa daerah, ibu rumah tangga mulai mengganti susu sapi dengan air tajin. Selama ini, Indonesia mengimpor 70 persen dari kebutuhan bahan baku produk susu dari Australia karena pasokan dalam negeri hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan. Bustanul mengatakan, sebelum adanya kenaikan harga ini pun, warga miskin masih mengalami kesulitan untuk bisa memperoleh susu. "Susu masih dianggap sebagai kebutuhan tersier, bukan prioritas, bagi warga miskin," kata dia. Konsumsi susu di Indonesia saat ini hanya sekitar enam persen per kapita per tahun. Untuk meningkatkan konsumsi susu, pemerintah harus mulai melakukan revolusi putih, yaitu kampanye minum susu. "Tentunya ini harus didukung dengan peningkatan produksi susu," katanya menambahkan. Jumlah peternak sapi perah dan pedaging saat ini total mencapai 100.000 peternak dan jumlah sapi perah sekira 300.000. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007