Program pelatihan tahunan yang telah digelar sejak 2002 ini diikuti oleh 45 underwriter tingkat junior dari berbagai perusahaan asuransi nasional. Risk Consultant Customer Experience Management Indonesia Re Augustin Indah Susanti mengatakan, program ini merupakan salah satu upaya perusahaan pelat merah ini untuk memperkuat industri asuransi nasional melalui pembentukan tenaga-tenaga underwriter yang handal dan profesional di masa depan.
"Sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN), kami bertanggungjawab untuk turut mendistrisbusikan ilmu underwriting yang notabene merupakan komponen terpenting di bidang asuransi jiwa," ujar wanita yang akrab disapa Susan ini.
Pelatihan ini juga, lanjut Susan, dirancang untuk menciptakan pemahaman dan persamaan persepsi dalam pengimplementasian ilmu underwriting di lapangan. "Mengkaji risiko yang akan diambil perusahaan asuransi membutuhkan praktik berkesinambungan. Melalui pelatihan ini, selain teori-teori dasar, para peserta didik juga akan diberikan test case untuk mengasah intuisi dan kemampuannya dalam memilah risiko," ungkap Susan.
Pada kesempatan yang sama, Underwriting and Retro Group Head Yudiarini Pramita Handayani, yang bertindak sebagai salah satu mentor di program pelatihan ini mengungkapkan, masih banyak praktik underwriting yang tidak sesuai prinsip dasar sehingga pada akhirnya tak hanya merugikan perusahaannya sendiri, tapi juga nasabah.
"Salah satu kasus yang masih kerap terjadi di lapangan adalah underwriter menerima nasabah yang sudah sakit. Padahal, prinsip dasar asuransi bukan seperti itu," ujar Mita. "Oleh karena itu, underwriter harus mulai menghapus pemahaman seperti itu sejak level junior."
Selain underwriter junior, Indonesia Re juga menyediakan program pelatihan underwriter untuk tingkat intermediate hingga advance, yang masing-masing digelar pada kuartal kedua dan ketiga pada tiap tahunnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018
