Bengkulu, Provinsi Bengkulu (ANTARA News) - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif PolCOMM Institute, Dr Heri Budianto MSi, menyebutkan, Pilkada Kota Bengkulu jauh dari hiruk pikuk semarak kampanye yang biasanya terkesan jorjoran.

"Banyak kandidat yang pergerakannya bawah tanah, jadi tidak terlihat meriah tapi bergerak langsung ke sasaran, pemilih," kata dia, saat di hubungi, Sabtu.

Kondisi ini katanya mempunyai dua sisi, siai pertama membuat tahapan Pilkada menjadi aman dan terkendali karena gesekan antar pasangan calon, simpatisan maupun tim pemenangan pun menjadi tak tampak di permukaan. Artinya hal itu berdampak cukup menjanjikan terhadap stabilitas keamanan daerah.

Sisi lainnya membuat Pilkada kurang meriah, dan berdampak pada kurang teredukasinya pemilih terkait potensi, visi dan misi pasangan kandidat.

"Namun kami rasa, edukasi untuk pemilih masih cukup baik, karena KPU akan menggelar debat kandidat sebanyak tiga kali," kata dia.

Namun untuk melihat seberapa efiaien tahapan Pilkada Kota Bengkulu, serta seberapa baik edukasi dan ekspektasi masyarakat, menurut Heri, PolCOMM akan melakukan survei preferensi publik.

"Rencananya setelah debat tahap pertama bulan ini, kita akan melakukan survey bagaimana ekspektasi dan esensi terhadap pilwakot ini," ujarnya.

Pada 12 Februari 2018 lalu, KPU telah menetapkan empat pasang calon yang maju pada Pilkada serentak 2018 yakni, nomor urut satu, calon independen Mayor Infantri David Suardi yang berpasangan dengan Bakhsir, nomor urut dua Ketua DPRD Kota Bengkulu, Erna Sari Dewi yang menggandeng Ahmad Zarkasi dan diusung parpol Nasdem, PKS serta PPP.

Wali kota petahana Helmi Hasan dengan nomor urut tiga, ia bersama calon wakilnya Dedy Wahyudi diusulkan oleh parpol PAN, Gerindra dan Partai Demokrat. Pasangan nomor urut empat yakni wakil wali kota petahana Patriana Sosialinda--Mirza yang diusung Golkar, PDIP dan Hanura.



(KR-BLW)

Pewarta: Boyke Watra
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018