Ambon (ANTARA News) - Gelombang tinggi dan cuaca buruk menghambat pencaharian Kapal Motor (KM) Wahai Star yang belum diketahui kondisi maupun keberadaannya dalam pelayaran Leksula, Pulau Buru - Ambon, ibukota Provinsi Maluku sejak Selasa malam (10/7), sementara satu dari 15 penumpang ditemukan meninggal dunia. Plh Kepala Adpel Ambon, Karim Tuanaya, ketika dikonfirmasi ANTARA News di Ambon, Rabu petang, mengemukakan tinggi gelombang di sekitar Pulau Buru, Pulau Kelang, Pulau Manipa dan Pulau Buano, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) mencapai 3 - 4 meter sehingga menyulitkan pencarian. "Kami sejak dilaporkan bahwa mesin KM.Wahai Star mengalami gangguan, maka langsung berkoordinasi dengan Distrik Navigasi Ambon sehingga dikerahkan dua kapal yakni KM.Mayang dan Kapal Negara Patroli(KNP) 388," tambahnya. Gelombang tinggi dan cuaca buruk juga mengakibatkan Lantamal IX Ambon belum bisa mengerahkan Kapal Angkatan Laut(KAL) untuk mendukung pencarian kapal berbobot 148 GT dengan col sighne YB 9002 milik PT. Lintas Samudera Pertiwi dengan direkturnya, Hengky Tanzania yang berada juga di kapal tersebut Karena itu, Karim hingga Rabu belum dapat memastikan dan mengetahui kondisi dan keberadaan KM.Wahai Star dengan nakhodanya, Steven Lekatompessy dan 17 ABK. KM.Wahai Star berangkat dari Leksula dengan 27 penumpang, selanjutnya di Namrole 16 penumpang, sedangkan di Wamsisi dan daerah pesisir lainnya tidak terdaftar. "Jadi kemungkinan jumlah penumpang bertambah dan kapal yang melayari sekitar perairan Pulau Buru, Pulau Manipa, Pulau Kelang, Pulau Buano diminta untuk membantu pencarian, baik KM.Wahai Star maupun penumpang," katanya. Satu anak kecil telah meninggal dunia dari 15 penumpang yang ditolong kapal tanker MT. Minas milik PT.Pertamina pada sekitar perairan Pulau Manipa. "Upaya pencarian masih terus dilakukan dengan kondisi laut kurang bersahabat," tutur Karim Tuanaya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007