Jakarta (ANTARA News) - Tim Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencari "sidik jari" guna mengetahui asal tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kaltim.

"Setiap minyak itu kan ada semacam finger print (sidik jari) nya, jadi bisa diketahui minyak dari sumur mana. Kita sudah ambil sampel tumpahan minyaknya, kita analisis sekarang untuk tahu asalnya dari sumur minyak yang mana," kata Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan KLHK Rasio Ridho Sani di Jakarta, Selasa.

Ini, menurut Dirjen Rasio Ridho, dilakukan untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab atas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan yang terjadi sejak Sabtu (31/3).

Mitigasi pencemaran tumpahan minyak, menurut dia, sudah dilakukan sejak awal dengan teknik oil boom oleh PT Pertamina (Persero) bersama aparat dan dinas terkait di Balikpapan untuk menghindarinya semakin meluas. Namun hujan dan angin memungkinkan tumpahan menyebar lebih luas.

Baca juga: Polri investigasi kebakaran tumpahan minyak Balikpapan

Sedangkan langkah pemulihan kondisi lingkungan secara keseluruhannya, kata dia, dilakukan setelah mengetahui siapa pemilik tumpahan minyak tersebut.

Sementara itu telah diberitakan bahwa dampak tumpahan minyak di area perairan Teluk Balikpapan telah dirasakan warga Kabupaten Penajam Paser Utara. Informasi didapat di Penajam, Minggu (1/4), menyebutkan sedikitnya 1.271 warga dari delapan Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Penajam yang berada di pesisir pantai Kabupaten Penajam Paser Utara terkena dampak dari tumpahan minyak yang terjadi pada Sabtu pagi (31/3).

"Semalam anak saya muntah-muntah dan tidak bisa tidur karena bau minyak yang menyengat," kata Lilis, warga RT 9 Kelurahan Penajam, yang berada di pesisir pantai.

Pada Minggu (1/4), warga juga menemukan seekor pesut (Orcaella brevirostris) terdampar di pantai di belakang Gedung DPRD Balikpapan, setelah lebih kurang 24 jam peristiwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan.

Pesut betina, usianya kira-kira empat-lima tahun. Meskipun kulit pesut menghitam tidak bisa diambil kesimpulan penyebab kematian mamalia ini, kata ahli mamalia laut dari Rare Aquatic Species Indonesia (RASI) Daniella Kreb.

"Kawan-kawan dari BKSDA sudah melakukan nekropsi dan mengambil beberapa sampel yang diperlukan. Mungkin perlu waktu sepekan untuk memastikan sebab kematian," ujar dia.

Baca juga: Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan cemari pantai Penajam

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018