Balikpapan (ANTARA News) - Sedikitnya 162 kapal milik puluhan nelayan di Balikpapan, Kalimantan Timur, ikut terdampak tumpahan minyak yang terjadi di perairan Teluk Balikpapan pada Sabtu (31/3) dan hingga kini belum bisa dipakai melaut.

"Alat tangkap mereka harus dibersihkan dulu, begitu juga kapal-kapalnya," kata Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Tanaman Pangan (DKPP) Balikpapan Yosmianto kepada wartawan di Balikpapan, Selasa.

Kapal-kapal nelayan Balikpapan rata-rata berukuran 2-5 gross ton (GT) dengan alat tangkap rengge. Alat tangkap itu dipadukan dengan bagan dan keramba, serta satu kapal diawaki rata-rata lima sampai tujuh orang.

"Banyak juga keramba milik nelayan yang kena tumpahan minyak itu," ujar Rasyid, nelayan dari Kampung Baru Ujung.

Menurut Yosmianto, tidak melautnya sebagian nelayan di wilayah Balikpapan Barat berdampak pada jumlah tangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Balikpapan.

"Untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan, untunglah masih ada nelayan dari pesisir timur, seperti Manggar dan Lamaru, juga masih bisa dipenuhi dari luar Balikpapan," tambah Yosmianto.

Kebutuhan ikan Balikpapan mencapai 20 ton lebih per hari, sebagian besarnya didaratkan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Manggar dan sebagian lagi di Klandasan.

Pasokan ikan juga didatangkan dari luar Balikpapan, seperti dari Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser.

Sebelum dilarang Kementerian Kelautan, sejumlah nelayan Balikpapan turun mempraktikkan "transhipment" atau alih muatan. Mereka membeli saja ikan dari kapal-kapal nelayan yang kapasitasnya lebih besar yang menangkap ikan di laut bebas.

"Itu yang kita dorong untuk kembali jadi nelayan tangkap," ujar Yosmianto.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018