Padang (ANTARA News) - Populasi satwa dilindungi seperti harimau dan gajah pada 21 kawasan hutan konservasi di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terus menurun, karena habitatnya kian terganggu akibat maraknya pembalakan liar dan masyarakat membuka lahan kebun sering berpindah-pindah. "Hingga kini memang tidak ada data secara rinci, jumlah dua jenis satwa langka itu, namun diyakini polulasinya sejak lima tahun terakhir cenderung turun," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Indra Arinal, kepada ANTARA di Padang, Kamis. Ia memperkirakan, populasi Harimau Sumatera kini hanya tinggal sekitar 50 ekor, di antaranya berada pada 21 kawasan hutan konservasi provinsi itu. Menurunya, populasi harimau menurun selain akibat meningkatnya pembalakan liar, juga maraknya perburuan binatang liar dilakukan masyarakat di kawasan hutan konservasi. Dalam tiga bulan pertama 2006, tercatat tujuh ekor harimau Sumatera mati dan tahun 2007 sebanyak satu ekor karena berbagai sebab termasuk dibunuh. Sementara itu, terkait populasi gajah juga kian berkurang, akibat habitat binatang itu terganggu. "Kita tak punya data jumlah gajah tersisa saat ini," katanya. Akibat kian terganggunya habitat satwa dilindungi UU itu, memicu terjadinya konflik harimau maupun gajah dan masyarakat di kawasan hutan. Kasus terakhir, kata dia, terjadi konflik antara harimau dengan masyarakat di kawasan terisolir di Kabupaten Dharmasraya, menyebabkan seekor harimau dibunuh masyarakat. Namun, faktor terjadi konflik satwa langka dengan masyarakat juga ada penyebab lain dan tentunya perlu dilakukan kajian mendalam. Guna tidak berlangsung dan terus terulang konflik itu, kata dia, pihaknya kini melakukan pengkajian khusus populasi harimau di kawasan daerah aliran Sungai Batanghari serta faktor-faktor pemicu terjadinya konflik satwa langka dengan masyarakat. Kegiatan itu, berkerjasama dengan FFI --satu lembaga pemerhati satwa-- asal luar negeri, kata dia, dimaksudkan agar lebih mengetahui secara detail penyebab konflik manusian dan binatang dilindungi tersebut. Selain itu, satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghentikan perburuan terhadap satwa langka dan ikut serta melestarikannya. "Semakin hari populasi berbagai jenis satwa dilindungi itu, terus berkurang selain dibunuh juga diperdagangkan," ujarnya dan menambahkan, pihaknya mengintensifkan pengawasan terhadap aktivitas warga di sekitar hutan, menyusul meningkatnya aksi perburuan satwa langka tersebut. Selain meningkatkan pengawasan, kata dia, BKSDA Sumbar juga akan terus menggencarkan program sosialisasi kepada masyarakat dan pejabat non-formal terutama yang berada di pinggiran hutan wilayah konservasi. "Sosialisasi untuk mengibau warga agar sama-sama menjaga satwa yang dilindungi undang-undang, mengingat jumlah satwa langka itu semakin berkurang," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007