Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengkaji pengembangan "trading house" di beberapa negara untuk peningkatan ekspor produk warisan budaya yang tengah didorong pengembangannya sebagai salah satu produk unggulan ekspor dan menarik pariwisata. "Kita sedang mengkaji pembentukan `trading house.` Kita punya pengalaman tentang baik dan buruknya," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Depperin Sakri Widhianto, di sela-sela Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI) di Jakarta, Jumat. Sakri mengatakan dalam pembahasan dengan berbagai pihak terkait, terutama dari kalangan swasta dan akademisi, disepakati pemerintah memang perlu tetap memfasilitasi promosi dan pemasaran bersama produk Indonesia di luar negeri, semacam "Indonesia Emporium." Diakuinya, China termasuk negara yang cukup berhasil dan ekspansif membuka "China Emporium" di berbagai negara dengan memamerkan berbagai produknya mulai dari elektronik sampai kerajinan berbasis budayanya. Namun, lanjut dia, pemerintah akan mempelajari secara teknis operasional rumah dagang tersebut, karena untuk produk yang berasal dari perusahaan besar bisa dilakukan konsinyasi, sedangkan usaha kecil biasanya minta pembelian secara tunai dan jual putus. "Itu yang sedang kami pelajari. Tapi kami sepakat pemerintah sediakan tempat dan operasionalnya, swasta yang harus sungguh-sungguh mengisi barang di rumah dagang tersebut," katanya. Menurut dia, idealnya rumah dagang yang akan dikembangkan di beberapa negara seperti Dubai (UEA) sekitar 70 persen merupakan barang titipan dari swasta yang dibayar dengan sistem konsinyasi. "Mungkin yang bayar tunai dan jual putus nanti hanya produk kerajinan berbasis budaya," katanya. Menanggapi perkembangan PPBI 2007 yang sudah berlangsung selama tiga hari sejak 11 Juli 2007, Sakri mengatakan pengunjung terus meningkat dari sekitar 5.670 orang pada hari pertama, naik mencapai 7.800 orang pada hari kedua. "Kami perkirakan hari ketiga ini masuk sekitar 9 ribu sampai 10 ribu pengunjung, dan Sabtu naik jadi 12 ribu pengunjung dan penutupan bisa dihadiri 14 ribu pengunjung," katanya. Ia juga menekankan PPBI kali ini tidak menekankan pada transaksi pembelian, namun lebih pada upaya menunjukkan kekayaan budaya Indonesia sebagai basis ekonomi kreatif kelak. "Sampai hari terakhir transaksi sebesar Rp10 miliar saja sudah bagus, karena beberapa komoditas hanya melakukan pameran dan tidak melakukan penjualan ritel. Batik dan Bordir paling banyak pembelinya," ujar Sakri. Sementara itu, Menko Kesra Aburizal Bakrie yang menjadi koordinator PPBI 2007 ketika ditemui di sela-sela kunjungannya ke sejumlah gerai, mengatakan PPBI akan diselenggarakan lagi tahun depan dengan tempat yang lebih besar. "Kita akan lakukan lagi Pekan Produk Budaya Indonesia ini tahun depan, lebih besar lagi, sesuai amanat Presiden," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007