BUMN juga bukan hanya tumbuh dari modal negara, tetapi juga dari pinjaman secara komersial."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memaparkan bahwa dalam mengelola korporasi milik negara harus dilakukan secara profesional, penuh tanggung jawab dan transparan sehingga mampu menciptakan nilai serta berkontribusi besar bagi negara.

"Tugas saya sebagai Menteri BUMN membuat program-program di mana perusahaan milik negara ini dapat dikelola dengan baik. BUMN dimiliki berarti dimiliki rakyat Indonesia sehingga harus dikelola secara profesional, harus mencetak keuntungan dan di saat yang sama juga harus menjadi agen pembangunan," kata Rini melalui siaran pers di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu saat menyampaikan kuliah umum "Executive  Series: Nurturing and Managing Leaders In State-Owned Enterprises of Indonesia" bagi mahasiswa Program Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis.

Kepada peserta kuliah umum itu, Rini memberikan pemahaman tentang kepemimpinan dalam BUMN itu, dan memaparkan strategi pengelolaan 143 BUMN yang bernaung di bawah Kementerian BUMN.

Ia menuturkan, pada 2017 total aset seluruh BUMN tercatat Rp7.212 triliun, meningkat dari sebelumnya Rp4.387 triliun di tahun 2014.

Oleh karena itu, ia mengakui memiliki peran dan tanggung jawab besar untuk terus menjadikan semua BUMN semakin kuat dan bertahan di masa datang.

"BUMN sebagai  korporasi milik negara dalam praktiknya harus dikelola secara profesional, transparan dan mampu menciptakan nilai serta berkontribusi bagi negara," ujarnya.

Untuk dapat mengelola BUMN secara profesional, menurut Rini, standarisasi  pengelolaan  berupa kompetensi dan kualifikasi wajib ditetapkan bagi direksi yang memimpin BUMN.

Dalam tiga tahun terakhir, ia mengemukakan, tercatat sudah 568 kilometer jalan tol telah dibangun, atau hampir mencapai panjang jalan tol yang dibangun sejak tahun 1980 hingga tahun 2014, yang tercatat sepanjang 700 kilometer.

Kemudian, ia menyatakan, rasio elektrifikasi Indonesia saat ini sudah mencapai 95 persen yang didukung dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang mencapai 17.000 Mega Watt (MW) atau sudah melampaui 50 persen dari yang ditargetkan pemerintah senilai 35.000 MW hingga 2019.

"BUMN juga bukan hanya tumbuh dari modal negara, tetapi juga dari pinjaman secara komersial. Jadi, di satu sisi kita bayar hutang, kita juga harus bayar pajak, dividen kepada negara. Jika BUMN mampu meningkatkan nilai perusahannya, maka kita juga mampu meningkatkan kekayaaan negara," katanya.

Rini juga menjelaskan tentang pentingnya peningkatan daya saing dan peran BUMN dalam pembangunan nasional melalui kekuatan skala ekonomis dan holdingisasi serta sinergi.

Dia akhir paparannya, ia mengajak mahasiswa untuk terus terbuka dan  belajar memperisiapkan diri sebagai pemimpin di masa mendatang. Mahasiswa juga harus terus mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada untuk menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara.

"Kita harus terus belajar, tiada hari tanpa belajar. Belajar adalah suatu pekerjaan yang tiada habisnya. Kemampuan yang kita miliki ini harus terus dioptimalkan. Menjadi seorang pemimpin bukan popularitas yang dicari, namun bagaimana kemampuan yang kita miliki tersebut bisa kita maksimalkan dan bermanfaat bagi orang lain," demikian Rini Soemarno.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018