Jakarta (ANTARA News) - Delapan kali Presiden Joko Widodo berkunjung ke Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sejak memimpin pada 20 Oktober 2014, pastilah sarat makna yang menunjukkan keberpihakan Kepala Negara pada rakyat di Bumi Cenderawasih.

Banyak orang mengatakan bahwa Papua merupakan secuil tanah surga yang jatuh ke bumi lantaran kekayaan alamnya yang begitu melimpah di hamparan hingga isi perut Bumi Cenderawasih serta pesona alamnya yang teramat indah.

Namun Tanah Papua juga menyimpan pekerjaan rumah di berbagai bidang seperti soal kesehatan, pendidikan, kesenjangan ekonomi, isolasi daerah, hingga keamanan.

Dibaca dari kaca mata ini, menjadi amat wajar bagi kepala negara dan kepala pemerintahan di negeri ini untuk memperhatikan denyut nadi rakyat di Tanah Papua.

Itulah yang dilakukan oleh Jokowi. Masih teringat ketika dia berkampanye di Papua bersama istrinya, Iriana, menjelang Pemilu Presiden tahun 2014.

Ketika itu Jokowi menceritakan bahwa istrinya yang bernama Iriana berasal dari kata Irian, Papua. Kenapa? Kakeknya menjadi guru di Papua selama bertahun-tahun.

"Jadi saya dan istri saya ini dekat dengan Papua, tidak bisa dipisahkan," kata Jokowi ketika berkampanye dengan mengunjungi Kampung Yoka, sekitar Danau Sentani, Papua, pada 5 Juni 2014.
 
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berbincang dengan ibu dengan balita saat penyerahan gizi makanan tambahan di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4/2018). Kunjungan kerja Presiden ke Asmat diantaranya untuk pemberian gizi makanan tambahan bagi ibu hamil dan anak-anak, memeriksa pembangunan tampungan air hujan serta pembangunan rumah bagi warga Asmat. (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Setelah menjadi Presiden RI ke-7 sejak 20 Oktober 2014 hingga kini, Jokowi telah delapan kali mengunjungi Tanah Papua yakni pertama pada 27-29 Desember 2014, kedua pada 8-11 Mei 2015, ketiga pada 29 Desember 2015 hingga 1 Januari 2016, keempat pada 29-30 April 2016, kelima pada 17-18 Oktober 2016, keenam pada 9-10 Mei 2017, ketujuh pada 20-22 Desember 2017, dan kedelapan pada 11-12 April 2018.

Jokowi memang merupakan Presiden ke-7, untuk periode 2014-2019, tetapi dia menjadi Presiden pertama sepanjang sejarah republik ini yang paling sering menginjakkan kakinya di Bumi Cenderawasih sejak pengambilan sumpah dan pelantikan dirinya sebagai Presiden.

Hingga akhir periode pemerintahannya, termasuk kemungkinan memimpin kembali untuk periode 2019-2024 bila terpilih dalam Pemilu 2019, Jokowi tampaknya bakal lebih banyak lagi melakukan kunjungan ke Tanah Papua.

Sebagaimana kunjungan kerjanya di Papua saat Perayaan Natal Nasional di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (27/12/2015) malam, Jokowi antara lain menyebutkan bahwa dia akan sering hadir di Papua, minimal setahun tiga kali, coba diingat-ingat, kalau kurang ditegur.
Arsip - Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) berfoto dengan latar Danau Habema usai meninjau Jalur Trans Papua menggunakan motor trail di Habema, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Rabu (10/5/2017). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwa)


Menurut Kepala Negara, Indonesia bagian timur terlalu lama dilupakan dan kurang diperhatikan. Tanah Papua merupakan wilayah Negara Kesatuan RI yang harus diperhatikan.

Presiden pun berbagi cerita dan pengalamannya ketika melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Nduga di Papua. Waktu itu oleh Panglima TNI, dia tidak diperbolehkan karena itu daerah paling rawan.

Jokowi terbang ke sana naik helikopter karena memang dari Wamena saja ke Nduga butuh empat hari empat malam berjalan di tengah hutan.

Jokowi pun menggambarkan bahwa di Kabupaten Nduga itu jalan beraspal satu meter saja tidak ada. Inilah yang membuat dia sedih sekali. Inilah motivasi dia agar infrastruktur dan SDM sama dengan provinsi-provinsi lainnya.

Banyak perbaikan yang dilakukan Jokowi bagi rakyat di Tanah Papua, misalnya, harga bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan provinsi lain, kini sudah menjadi satu harga.

Jokowi banyak membuka daerah-daerah yang terisolasi dalam jalur darat menjadi terhubung atau terkoneksi antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga perekonomian di daerah bergerak. Jalan trans-Papua kini pun terbuka.

Kepala Negara juga banyak membenahi pasar-pasar tradisional, pasar mama-mama, membuat berbagai pembangkit listrik, memperluas daerah yang teraliri listrik, membangun berbagai sarana infrastruktur seperti jembatan, bandara, dan pelabuhan.
 
Presiden Di Raja Empat Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menpar Arief Yahya menyusuri kawasan wisata Raja Ampat dalam rangkaian kunjungannya ke Papua Barat, Jumat (1/1/2016).  ANTARA FOTO/HO/Setpres-Agus Suparto/nz/15.

Hingga dua tahun pemerintahannya pada tahun 2016, pemerintah pusat telah memberikan anggaran daerah untuk Papua sebesar Rp43,6 triliun atau naik 15 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk Papua Barat sebesar Rp16,5 triliun atau naik 10 persen dari tahun sebelumnya.

IPM (Indeks Pembangunan Manusia) pun naik dari 56,75 pada tahun 2014 menjadi 57,25 pada tahun 2015.

Untuk bidang infrastruktur, pemerintah telah membangun 22 pasar mama-mama, membangun jalan baru di Papua dan Papua Barat sepanjang 4.480,05 kilometer, membangun tiga terminal bandara, dan pengadaan tiga kapal feri baru.

Pemerintah membangun dan membenahi Pelabuhan dan Bandara Sorong, Bandara Werur, Pelabuhan Depapre, Lantamal XIV Sorong, Bandara Wamena, Pelabuhan Perikanan Merauke, infrastruktur perbatasan, dan Jembatan Holtekamp.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau pembangunan Pasar dan Terminal Pharaa, Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (9/5/2015). Presiden juga menyampaikan rencana proyek Kereta Api di Papua. (ANTARA/Hafidz Mubarak A.)


Untuk sektor pendidikan, pemerintah telah memberikan kepada 358.617 orang penerima Kartu Indonesia Pintar, membangun 10 sekolah baru berpola asrama (boarding school), membangun 25 sekolah di garis depan perbatasan.

Selain itu, memberikan bantuan ruang kelas baru bagi 33 sekolah, memberikan 500 beasiswa afirmasi pendidikan menengah, membangun 45 perpustakaan dan pusat sumber belajar, menyediakan 646 guru garis depan di perbatasan, memberikan bantuan program peningkatan karir bagi 40.166 guru, mengikutsertakan 141 guru dalam program pertukaran kepala sekolah, dan memberikan bantuan program kualifikasi S1 dan S2 kepada 336 guru.

Sementara untuk sektor kesehatan, pemerintah telah memberikan jaminan kesehatan bagi 3.600.162 jiwa penerima Kartu Indonesia Sehat, memberikan 26 program nusantara sehat di Papua dan Papua Barat, dan menurunkan angka pengidap penyakit malaria sebanyak 2.744 jiwa.

Pertama kali dalam sejarah Indonesia, pemerintah juga memberikan pengakuan hak komunal sembilan daerah masyarakat adat Papua sebagai bagian dari perlindungan terhadap masyarakat adat. Pemerintah memberikan sertifikat tanah komunal adat kepada masyarakat adat di Papua dan Papua Barat.

Pemerintah juga mendorong peningkatan produktivitas melalui pertanian dan perdagangan di Papua dan Papua Barat.
 
Jokowi Meninjau Pasar Sentral Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo membeli ikan di Pasar Sentral Sorong, Papua Barat, Minggu (28/12/2014). Presiden Jokowi berdialog dengan sejumlah pedagang dan meminta masukan untuk pengembangan pasar tradisional tersebut. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

Dalam pembangunan pasar mama-mama di Papua dan Papua Barat, misalnya, pemerintah melakukan peningkatan menjadi 25 unit pasar untuk tahun 2015 hingga 2016, dari sebelumnya berjumlah tiga pasar pada tahun 2013-2014.

Enam proyek infrastruktur kelistrikan yang telah dibangun dan diresmikan, adalah PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Orya Genyem (20 MW), PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) Prafi Manokwari (3 MW), SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 70 KV Genyem-Waena-Jayapura (sepanjang 174,6 km sirkit), SUTT 70 KV Holtekam-Jayapura (43,4 KM), Gardu Induk Waena-Sentani 20 MVA, dan GI (Gardu Induk) Jayapura 20 MVA.

Selain itu juga membagi-bagikan bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan, makanan bergizi tambahan, perbaikan pelayanan kesehatan masyarakat, beasiswa dan bantuan pendidikan, membagi-bagikan sertifikat kepemilikan tanah, perekrutan calon pegawai negeri sipil dari penduduk asli Papua.

Tak berhenti di situ saja, Presiden Jokowi bahkan mengangkat seorang ajudan yang merupakan putra asli Papua yakni Kombes Pol Johnny Eddison Isir. Pengangkatan putra asli Papua menjadi ajudan Presiden itu merupakan peristiwa bersejarah.

Sejak awal, Presiden Jokowi juga mengangkat putra-putri Papua untuk turut serta dalam pemerintahannya seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise yang merupakan perempuan Papua pertama yang menjadi menteri, dan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua Lenis Kogoya sebagai Staf Khusus Presiden.
Jokowi di Papua Presiden Joko Widodo didampingi Ibu negara Iriana Joko Widodo menyanyi bersama anak anak seusai peletakan batu pertama pembangunan pasar Pharaa di Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (27/12). Presiden Jokowi berharapa pembangunan pasar tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)


Bagi Jokowi, rakyat Papua tidak hanya membutuhkan pelayanan kesehatan, pendidikan, pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan, tetapi juga butuh didengar dan diajak bicara.

Itulah sikap dasar Jokowi dalam membicarakan setiap persoalan yang ada di Papua dan membawa dirinya untuk menaruh perhatian besar pada Papua.

Dalam beberapa kali kunjungan kerja ke provinsi paling timur di Indonesia itu, Presiden Jokowi leluasa bertemu dan bertatap muka langsung dengan rakyat seperti para pedagang di pasar-pasar.

Gubernur Papua Lukas Enembe memuji Presiden Jokowi yang sejak dilantik telah berkali-kali mengunjungi Papua dan Papua Barat serta ke berbagai pelosok daerah di dua provinsi di Tanah Papua itu. Kunjungan ini penting dan sangat berarti bagi rakyat Papua.

Ini menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh dari Presiden dalam mendorong percepatan pembangunan di Papua, karena dalam setiap kunjungannya pasti membawa lokomotif perubahan dan sekaligus memotivasi pemerintah daerah untuk bekerja sungguh-sungguh.

Perhatian Presiden Jokowi terhadap pembangunan Papua bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah bahwa dalam diri Jokowi memiliki kedekatan khusus terhadap Papua.
Dokumen foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdialog dengan penduduk Papua saat kunjungan kerja 27 Desember 2014. (ANTARA)

 

Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018