Surabaya (ANTARA News) - Sekjen DPP Partai Golkar, Sumarsono membantah kalau partainya telah menyusupkan mantan Wakil Ketua Partai Golkar Jateng, Sigid Haryo Wibisono ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sumarsono mengemukakan hal itu di Kantor Partai Golkar Jatim di Surabaya, Selasa, ketika dikonfirmasi sosok Sigid yang kini menjadi anggota Dewan Syuro DPP PKB dan Wakil Ketua Carateker DPW PKB Jatim. "Insy-Allah Golkar tidak melakukan itu, orang Golkar itu berpolitiknya lama, tidak ada niat sekecilpun untuk merusak partai lain. Saya kira pendapat ini agar dijauhkan, ini suara yang tidak benar," ucapnya. Ia menyatakan, Partai Golkar tidak mungkin berkeinginan merusak partai lain. "Anggapan itu nggak mungkin, justru kalau ada kader pindah ke partai lain bagus, dalam angka pendidikan politik," katanya. Kalau motifnya merusak partai lain, ujar dia, berarti niatnya bukan untuk mendidik. "Saat ini banyak kader-kader Golkar yang digunakan partai lain, contoh Tjahjo Kumolo yang kini di PDIP. Kalau ada kader ke partai lain untuk membangun partai, bukan untuk merusak. Kalau mereka bermanfaat, kami ikut senang," ujarnya. Ditanya tentang keanggotaan rangkap Sigid, dia mengatakan kalau secara nyata sudah di PKB maka dia harus keluar dari Partai Golkar, karena tidak bisa merangkap kepengurusan di dua partai. Ketika ditanya apakah Sigid masih tercatat sebagai anggota Partai Golkar, dia mengemukakan, sementara ini secara formal dia belum mengajukan. "Kalau dia nanti secara formal menjadi pengurus PKB maka `automatically`, ya kita keluarkan," katanya. Sumarsono menuturkan, sekarang dia --Sigid-- masih tercatat sebagai kader Golkar, karena dulu memang dia kader Golkar. "Kan banyak kader Golkar yang kemudian pindah partai. Dalam era demokrasi kan sah-saha saja," ucapnya. Ketika ditanya apakah Partai Golkar tidak memberikan teguran, dia mengatakan tidak akan ditegur. "Ngapain ditegur, kalau dia di PKB maka `automatically`, ndak usah ditegur, di era demokrasi kan bebas. Kalau orang Golkar kemudian masuk Partai Hanura, otomatis dicoret," tegasnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007