Kediri (ANTARA News) - Jangankan bermimpi, Yustiani (41), yang sehari-hari berjualan nasi pecel di Jalan Wahid Hasyim Kediri, bahkan tidak pernah membayangkan anak sulungnya, Sugeng Ivan Lestarianto (18), bertolak ke Amerika Serikat dalam program pertukaran pelajar. Sugeng akan bertolak ke Negeri Paman Sam bersama Aditya Rizki Purnama (19), temannya SMA Negeri 2 Kediri, Rabu siang ini, dengan terlebih dulu transit di Surabaya dan Jakarta. "Tentu saja ibu kaget, ketika saya lolos dalam program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat," kata Sugeng saat ditemui di Kediri. Ia merasa beruntung lolos dalam program yang diadakan oleh lembaga nirlaba di Amerika Serikat itu. Dia dan apalagi keluarganya tidak pernah membayangkan akan bisa menginjakkan kakinya ke negeri Adi Daya itu. Sebagai anak dari keluarga pas-pasan, Sugeng sempat mengalami kesulitan keuangan pada saat proses seleksi yang berlangsung selama 1,5 tahun. Dia tidak punya uang untuk perjalanan bolak-balik Kediri-Surabaya, biaya tes kesehatan, biaya pengurusan paspor dan beberapa syarat administrasi lainnya. "Beruntung pihak sekolah dan kawan-kawan bersedia `urunan` membantu saya untuk mengurus keperluan persyaratan administrasi," ujar anak pertama dari empat bersaudara itu menuturkan. Ia menceritakan, sejak ayahnya, Iswandi, meninggal dunia beberapa tahun lalu, ibunyalah yang membanting tulang untuk menghidupi empat anaknya dengan cara menjual nasi pecel setiap malam di emperan toko di sebelah selatan Pasar Bandar, Kediri. "Dengan penghasilan kotor tak lebih dari Rp40 ribu sehari, tentu tidak cukup untuk menyekolahkan empat anaknya. Oleh sebab itu, saya berterima kasih kepada beberapa saudara yang turut membantu biaya pendidikan adik-adik saya," katanya. Sedang ia sendiri, mendapatkan beasiswa berupa Bantuan Khusus Murid (BKM) sebesar Rp65.000 per bulan, sehingga orang tuannya tidak perlu memikirkan biaya sekolah Sugeng. Setiap hari dia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer, begitu juga pulangnya, karena tak ada kendaraan dan ongkos untuk naik angkutan umum. Kendati hidup serba pas-pasan, namun prestasi Sugeng membanggakan. Ia beberapa kali meraih penghargaan di berbagai ajang Olimpiade Kimia, baik tingkat provinsi maupun nasional. Mulanya hanya iseng Sedang keikutsertaannya dalam program pertukaran pelajar di Amerika Serikat itu, awalnya Sugeng hanya iseng memasukkan formulir lamaran ke Surabaya bersama sekitar 25 siswa sekelasnya. Namun setelah melalui penyaringan yang ketat, akhirnya Sugeng dan Aditya lolos bersama sekitar tujuh siswa SMA dari Jawa Timur untuk terbang ke Negeri Paman Sam itu. Menurut rencana Sugeng akan tinggal di rumah seorang peneliti DNA, Mr Thomas Wilson yang beralamatkan di 7184 Monte Ridge Dexter, Michigan, AS, selama satu tahun. Sebelum berangkat, Sugeng dan Aditya diterima Walikota Kediri, HA Maschut. Selain mendapatkan uang saku dan baju seragam, keduanya mendapatkan amanat untuk bisa membawa nama baik bangsa dan negara, khususnya sebagai warga Kota Kediri. "Kalian harus bisa menjunjung tinggi budaya kita. Selama berada di Amerika Serikat, kalian harus bisa mentauladani hal-hal yang baik saja, yang buruk jangan," pesan Maschut kepada dua siswa SMA Negeri 2 Kediri itu. Selain belajar tentang kimia pada induk semangnya, Sugeng dan Aditya didaulat untuk bisa tampil membawakan Tarian Jaranan, kesenian tradisional warga masyarakat Kediri dan sekitarnya. "Kostum dan peralatan Tari Jaranan sudah kami siapkan, begitu juga dengan beberapa benda kerajinan Kota Kediri sudah ada yang menyiapkan," kata Titis Hasrianti, guru pembimbing Sugeng dan Aditya. (*)

Oleh Oleh M Irfan Ilmie
Copyright © ANTARA 2007