Jakarta (ANTARA News) - Lagu "View of You" dan "Ke Arah Yang Kau Mau" langsung membawa penggemar Matter Halo yang memadati Shoemaker Studio, Jakarta, Selasa (8/5) malam, seolah-olah sedang terbang menyelami langit biru.

Ibnu Dian (vokal/gitar) dan Ganidra Rai (bass) sebagai personel utama tampil lebih dulu kemudian disusul Adnan Nanda (gitar), Natasha Rosanie (vokal latar), dan Rizky Triputra (drum).

Konser "An Evening with The Halos" bisa dibilang bukan sekedar pertunjukan musik dari lagu-lagu Aerotiva--album pertama mereka, melainkan sebuah konser tematik yang dipersiapkan begitu matang.

Konsep panggung di tengah membuat penonton bisa melingkar di semua sisi panggung sehingga melepas jarak dengan para personel band.

Pencahayaan dan visual yang tampil sebagai latar disesuaikan dengan tema lagu, bahkan tempo lagu, sehingga penonton dapat meresapi emosi dalam setiap lagu-lagu yang disajikan.

Seperti saat lagu "Travel" dimainkan, penonton seperti dibawa ke dalam langit gelap yang bertaburan bintang-bintang.

Kostum tentu saja menjadi hal yang selalu diperhatikan band tersebut. Selama pertunjukan, mereka sempat berganti kostum sekali.

Hal menarik lainnya, sejumlah personel menampilkan keahlian mereka memainkan lebih dari satu alat musik. Seperti saat Ibnu, Gani, Natasha, dan Adnan yang bergantian bermain keyboard di lagu yang berbeda. Ibnu juga menunjukkan kemampuannya meniup pan flute saat intro lagu "Soundof Takeoff" dan Natasha dengan alat xylophone.

Konser juga terasa lebih intim karena Ibnu beberapa kali berinteraksi dengan penonton. Disela lagu, ia mengaku konser tersebut adalah impiannya bertahun-tahun silam saat lagu-lagu Matter Halo masih digodok di garasi rumahnya.

"Dulu saya enggak pernah berharap sampai seperti ini. Gue sama Gani cuma mengkhayal bikin band, kalau konser opening-nya ada lampu ini itu, waktu itu kita enggak terlalu open, cuma mengurung diri di garasi bikin-bikin lagu sambil ngejalanin apa yang kita jalanin," tutur Ibnu.

"Kalian khusus datang ke sini rasanya luar biasa," kata Ibnu.

Menjelang penghujung konser, semua penonton yang tadinya menikmati pertunjukan sambil duduk diajak berdiri dan lebih mendekat ke panggung.

Mereka juga sempat memperkenalkan lagu terbaru yang berjudul "Runway Lights". Pertunjukan ditutup dengan lagu "Awalnya" yang memaksa penonton untuk mendarat dari "penerbangan" selama kurang lebih satu jam itu.


Sisi lain Matter Halo
 
The Halos. (ANTARA News/Monalisa)


Matter Halo berharap konser ini bisa membuat hubungan yang lebih erat dengan pendengar mereka.

"Kenapa konsep konsernya intimate, karena ini lebih kayak menjalin komunikasi. Penontonnya diluar ekspektasi, Alhamdulillah banyak yang mengapresiasi," ujar Gani.

Konser tersebut menampilkan sisi lain dari Matter Halo. Band yang mengusung aeronautical folk, istilah yang mereka ciptakan untuk aliran musik Matter Halo, sebenarnya hanya beranggotakan Ibnu dan Gani.

Tetapi duo tersebut menampilkan jati diri lain dalam penampilan live sebagai The Halos bersama tiga personel tambahan.

"Dalam konser ini kami mengenalkan Matter Halo kalau experience live seperti ini, orang akan melihat sesuatu yang berbeda. Konser ini baru skala awal, semoga next ada something lagi agar bisa terus connect dengan penggemar," tambah Ibnu.


Filosofi Matter Halo

Ibnu dan Gani yang berteman sejak di bangku SMP membentuk Matter Halo pada awal tahun 2009.

Mereka mulai mengulik lagu di garasi yang disulap sebagai studio. Prinsip mereka sama, membuat lagu bukan untuk orang lain atau yang orang ingin dengar tetapi lagu yang ingin mereka dengar.

"Saat bikin lagu di home studio, kami baca buku yang ada quote-nya "write the book you want to read", di situ kita mulai kayak just write the music you want to listen. Dan saat kita share dengan menjalani kehidupan ternyata ketemu teman-teman yang mendengarkan yang akhirnya orang juga relate itu, mungkin itu yang bisa membuat kita bisa sampai sekarang," ungkap Ibnu.
 
Duo Matter Halo, Ganidra Rai dan Ibnu Dian. (ANTARA News/Monalisa)


Matter Halo merilis album berjudul "Aerotiva" pada tahun 2015. Album tersebut banyak terpengaruh dari seorang komposer asal Inggris, Brian Eno yang membuat karya musik untuk airport.

Ibnu dan Gani menciptakan Aerotiva, album yang mengangkat tema pesawat.

"Kami membuat musik yang dianalogikan seperti pesawat. Esensinya itu indah tetapi tidak terlalu mengawang-awang seperti luar angkasa, bisa juga dianalogikan dengan kehidupan, take off dalam kehidupan, kita juga kerap mengalami turbulance dalam hidup tetapi kita tidak takut jatuh," jelas Ibnu.

Seiring perjalanannya, Aerotiva berkembang tidak hanya sebagai karya musik tetapi meluas lagi dalam kreativitas seperti foto, video, hingga film dokumenter. Bersama Aerotiva, Ibnu dan Gani banyak menampilkan sisi lain mereka yang bukan hanya sebagai musisi melainkan animator, pecinta fotografi dan film.

Mereka juga mengajak para penggemar untuk melekat bersama karya-karya mereka.

"Basically, kami melihat Matter Halo sebagai brand, we just do arts yang bisa orang jadikan media untuk orang relate sama kehidupan mereka. Karya kami seperti kanvas kosong yang orang bisa pakai untuk berkarya lagi lebih luas, mungkin memotivasi untuk step up to something," ujar Ibnu.

Matter Halo semakin dikenal setelah satu single terbarunya berjudul "Teralih" yang berkolaborasi dengan penyanyi Nadin, menjadi soundtrack film "Posesif". Mereka juga baru meluncurkan single terakhir dari album Aerotiva, "Melangkah Lagi", dan bersiap membuat kejutan-kejutan lain.

VIDEO:
 

Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018