Jakarta (ANTARA News) - Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) meyakini pengeboman tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu pagi merupakan tindak terorisme terencana.

"Ini sudah pasti terorisme karena terlihat teroganisir dan terencana, dan dari sembilan korban yang meninggal tersebut diduga ada pelaku bom bunuh diri," kata Sekretaris Umum PGI Pendeta Gomar Gultom usai konferensi pers di Graha Oikoumene Jakarta, Minggu.

Oleh karena itu, PGI meminta pemimpin agama untuk lebih serius mewaspadai munculnya kara pendukung kekerasan dan tindak terorisme yang berbalut penginjil atau lewat khotbah-khotbah dan pernyataan yang disampaikan.

"Media, terutama TV, juga perlu menyaring sumber atau pemilihan tokoh agama yang akan bicara di suatu acara, agar `mem-black list` tokoh-tokoh yang pro kekerasan dan terorisme, karena meskipun di acara itu tidak bicara soal itu, begitu muncul di TV dia akan jadi `public figure`," kata dia.

Baca juga: Ledakan di gereja Pantekosta Surabaya saat doa misa

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan dalam konferensi pers, PWI juga mengimbau masyarakat untuk tidak memberi angin dan simpati kepada para pelaku kekerasan dan terorisme.

Baca juga: PGI sampaikan duka cita mendalam

Tiga bom meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Ngagel, GKI Diponegoro dan GPPS Sawahan Arjuna, Surabaya, Jawa Timur pada Minggu pagi sekitar pukul 08.00 WIB.

Peledakan yang terjadi saat umat Nasrani melakukan ibadah kebaktian Minggu itu diketahui telah menewaskan sembilan orang dan 40 orang mengalami luka berat.

Baca juga: Polisi: korban tewas bom gereja Surabaya menjadi 10 orang
 

Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018