Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Pengkajian (Lemkaji) MPR akan mengadakan Saraserahan Nasional Kebudayaan dengan tema "Kebudayaan Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia," yang akan menghadirkan Sultan Hamengkubuwono X sebagai salah satu pembicara.

Acara yang akan diselenggarakan di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, pada Selasa (15/5) itu juga akan menghadirkan pembicara Frans Magnis Suseno, Zamawi Imron, Acil Bimbo, Nyoman Nuarta, Abdul Hadi, dan budayawan lainnya.
 
Ketua Lemkaji, Rully Chairul Azwar, mengatakan bahwa Indonesia memiliki Pancasila yang secara "genuine" nilai-nilainya digali oleh para pendiri bangsa. Dari Pancasila, menurut Rully, bangsa Indonesia memiliki modal awal pembangunan peradaban karena Pancasila adalah ideologi, falsafah dasar negara, dan jati diri bangsa.

"Selain banyak budaya dan kearifan lokal yang jika dihayati dengan baik, bisa memberi kontribusi positif bagi pembangunan peradaban bangsa," ujar Rully, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Rully menyayangkan setelah 72 tahun Indonesia berdasarkan Pancasila, nilai-nilai dasar yang ada tidak mewarnai perilaku elit dan sebagaian masyarakat. Budaya Pancasila disebut belum menjadi perilaku untuk membentuk kepribadian.

Sikap dan perilaku politik serta kebijakan pembangunan, menurut Rully,  malah dibentuk oleh pemikiran pragmatis jangka pendek. "Pemecahan masalah yang ada tidak berlandaskan pada nilai-nilai dasar Pancasila," ujar pria asal Bengkulu itu.

Akibatnya, solusi yang dihasilkan menjadi parsial dan tidak membentuk sistem dan budaya Pancasila. Rully mengingatkan, Pancasila pernah digagas untuk menghasilkan bangsa yang berdikari yang dielaborasi oleh Bung Karno menjadi Tri Sakti.

Menjadikan Pancasila sebagai basis nilai untuk membangun bangsa yang maju menjadi penting karena kaitan kebudayaan dengan pembangunan peradaban tidak perlu diragukan. Bagi Rully, peradaban maju dunia selalu dikaitkan dengan nilai budaya yang dianut masyarakat.

Tidak merasuknya nilai Pancasila dalam perilaku elit dan sebagaian masyarakat, menurut Rully, karena disebabkan merebaknya kultur munafik di mana perkataaan tidak sinkron dengan perbuatan.

"Banyak aturan tetapi tidak bisa dilaksanakan karena penegakan hukum yang lemah. Juga maraknya perilaku koruptif dan minimnya keteladanan dari kalangan pemimpin," ujar dia.

Dari sinilah Lemkaji mencari jalan keluar dengan menggagas Gerakan Keteladanan Nasional pembudayaan nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, menurut Rully, Lemkaji mendiskusikan dan mencari masalah yang ada dengan menggelar sarasehan nasional kebudayaan.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018