London (ANTARA News) - Cuaca ekstrem yang menerjang Eropa sejak Sabtu (21/7) dilaporkan telah merenggut sekurangnya 18 nyawa akibat suhu gelombang panas di Romania, Austria, dan Bulgaria. Pada saat yang bersamaan, ratusan orang di Inggris terpaksa harus melalui malam yang memprihatinkan, akibat banjir melanda sebagian daerah di Inggris. Suhu udara yang teramat panas menimbulkan 11 kematian di Romania, sementara di Austria lima orang tewas dan di Bulgaria dua orang meninggal dunia. Sedangkan Inggris tidak mengalami lonjakan suhu yang terlalu ekstrem, negeri itu justru "kewalahan" menghadapi air bah yang setidaknya sudah terjadi dua banjir serius dalam satu bulan terakhir. Pemerintah pun ambil sikap dengan melarang warganya bepergian, dan Perdana Menteri Gordon Brown memuji kerja keras yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Inggris dan awak badan-badan bantuan darurat yang menangani masalah banjir ini. Perusahaan kereta api First Great Western juga menghimbau para penumpang agar tinggal di rumah saja, sementara ribuan pengguna kendaraan pribadi terjebak macet selama berjam-jam di jalan raya. Kondisi terparah di Inggris terjadi di kawasan Worcestershire, karena lebih dari 1.000 orang dengan sangat terpaksa harus tidur di tempat penginapan sementara pada Sabtu malam. Sekitar 2.000 orang lainnya juga tidak bisa pulang ke rumah masing-masing sejak Jumat malam. Helikopter milik militer dilaporkan telah berhasil mengevakuasi lebih dari 100 orang yang mencoba menyelamatkan diri dengan berada di atap-atap rumah, taman karavan, dan jembatan sejak hujan deras turun pada Jumat waktu setempat. Di Stratford, perusahaan pertunjukan "Royal Shakespeare Company" terpaksa membatalkan dua sesi pertunjukan mereka setelah sisi sungai di samping gedung teater tergenang air bah. Juru bicara badan prakiraan cuaca "MeteoGroup" menyebutkan bahwa badai tampaknya masih akan terus berlanjut hingga Minggu (22/7), walaupun tingkatnya mulai melemah. Dampak cuaca yang ekstrem ini juga terasa di bandar udara Inggris. Sekitar 141 jadwal penerbangan domestik dan internasional yang dilayani di Bandara Heathrow London terpaksa dibatalkan sepanjang hari Jumat. Penumpang dijadwalkan ulang agar bisa terbang pada Sabtu, demikian pertanyaan juru bicara bandara. Ia juga mengatakan penerbangan selama hari Sabtu relatif berjalan normal. Di temat lain, Stewart Wortley, seorang pakar meteorologi di Met Office, membantah pemberitaan di media massa lokal yang menyebutkan bahwa badai yang melanda Inggris disebabkan oleh angin munson di India. "Walaupun polanya agak tidak lazim tersebar seperti ini, tapi kejadian ini tidak sepenuhnya aneh. Pernah terjadi sebelumnya," kata Wortley kepada AFP. Menurut dia, curah hujan di Pershore (Worcestershire) pada hari Jumat mencapai 142,6 milimeter atau 5,6 inchi - jauh lebih sedikit daripada yang terjadi di Martinstown (Dorset) pada 18 Juli 1955 yang tercatat sebagai rekor 279 milimeter (10,9 inchi). Perbandingan lain, lanjut dia, kawasan selatan Inggris pada Jumat kemarin mendapat curah hujan sekitar 43 milimeter (1,6 inchi) dalam satu jam. Tapi sebenarnya rekor pernah dicapai pada Juli 1901 di Maidenhead (Berskshire) yang dalam satu jam turun curah hujan 92 milimeter (3,6 inchi). Sebelumnya, cuaca buruk di Inggris juga menimbulkan empat kematian pada bulan Juni 2007 dan ribuan orang masih menjadi pengungsi akibat rumah mereka hancur diterjang banjir bandang di kawasan tengah dan utara Inggris. Berbeda dengan Inggris, kawasan Eropa tenggara justru tengah dilanda suhu udara yang teramat panas. Di Hungaria misalnya, temperatur menembus angka rekor tertinggi sepanjang sejarah yaitu 41,9 derajat Celcius (107 Fahrenheit) di Kiskunhalas, yang terletak di 130 km selatan ibukota Budapest. (*)

Copyright © ANTARA 2007